Lihat ke Halaman Asli

Hilman Idrus

Fotografer

Cerita | Berkunjung ke Desa Liaro Bacan Timur Selatan

Diperbarui: 22 Maret 2024   08:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Desa Liaro Kecamatan Bacan Timur Selatan, dilihat dari laut (Dok. Pribadi)

Sepuluh menit lagi Kapal akan bertolak menuju pelabuhan Babang Halmahera Selatan,  itulah pesan yang saya peroleh melalui short message service (sms) dari seorang teman yang bertugas di Pelabuhan Penyebrangan Bastiong Ternate, Maluku Utara, sehingga saya merespon dengan meminta kepada teman saya untuk memacu kendaraan agar tidak terlambat.

Meskipun hujan gerimis terjadi di sepanjang jalan malam itu, namun hal itu tidak mengurangi semangat saya untuk pergi ke Bacan, Kabupaten Halmahera Selatan. 

Karena tujuan ke Bacan, pada Jumat (23/11/2018) malam, selain menemani istri untuk mengurus administrasi sebagai Calon Anggota Legislatif Kabupaten Halsel peiode 2019-2024, tentu saya berkeinginan untuk berkunjung ke Desa Liaro Kecamatan Bacan Timur Selatan, karena walaupun sering ke Pulau Bacan, hingga resmi menikah di desa Bibinoi Bacan Timur Tengah pada 2007 silam.

Namun, ada beberapa desa yang belum pernah saya singgahi dan desa-desa tersebut menurut informasi yang saya peroleh; baik dari istri, maupun para kerabat tentang pesona wisatanya yang sangat mengagumkan, terlebih kesibukan saya sebagai Fotografer, sehingga mendengar informasi-informasi seperti itu, memantik saya selaku seorang fotografer untuk berkunjung, dan melihat indahnya pesona pantainya dan mengabadikan dengan kamera.

Saat tiba di pelabuhan penyebrangan Bastiong, saya menduga pasti tidak mendapat tiket, lantaran setiap orang yang hendak ke pulau Bacan, mereka selalu membeli tiket pada pagi maupun siang hari, sehingga pada malam hari pasti kita tidak mendapat tiket.

Jembatan penyeberangan di Desa Wayaua Bacan Timur Selatan (Dok. Pribadi)

Biasanya saya hendak ke pulau Bacan -- membeli tiket pada siang hari, walapun pada malam hari kita masih peroleh tiket - itu pun pasti berada di deck paling bawah, yaitu tempat yang paling diminati oleh ibu-ibu, karena selain merasa aman dan nyaman, lantaran mereka tidak mau terlibat berdesakan dengan penumpang lain, maupun para buruh angkut, ketika keluar dari pintu kapal, saat kapal bersandar di pelabuhan.

Dugaan saya ternyata benar, tiket habis terjual. Dan banyak penumpang kapal tidak memiliki tiket, memilih untuk tidak ikut berlayar karena penempatan seat (tempat tidur) di atas kapal, memang dikhususkan bagi penumpang yang mengantongi tiket, terlebih mereka yang ikut berlayar bersama keluarga, sangat beresiko jika tidak kebagian seat.

Namun karena jadwal berkunjung ke Desa Liaro sudah ditentukan oleh istri saya, sehingga walapun tidak memiliki tiket, saya harus nekat ikut berlayar untuk menuntaskan hasrat ingin berkunjung ke Desa Liaro dan ini menjadi pengalaman berharga bagi saya selama berkunjung ke pulau Bacan.

Pantai Wayaua Bacan Timur Selatan dipotret dari  Jembatan penyeberangan Wayaua. (Dok. Pribadi)

Tali tambat dilepas, kapal mulai meninggalkan pelabuhan Bastiong Ternate, sementara di luar gerimis masih tetap memukuli dinding kapal, terlihat para penumpang kapal ada yang rebahan sambil memainkan gawai-nya, sebagian memilih bercengkerama dengan keluarga, sambil menikmati berbagai macam penganan yang mereka beli saat kapal masih berada di pelabuhan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline