Lihat ke Halaman Asli

Hilman Fajrian

TERVERIFIKASI

UKM, Tinggalkanlah "Marketplace"!

Diperbarui: 19 Maret 2018   19:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: www.isvmagazine.es

Online marketplace membuka peluang ekonomi bagi pelaku usaha dimanapun. Pelaku UKM didorong untuk ikut berjualan secara online di marketplace untuk meningkatkan performa usaha. Tapi tidak banyak yang membahas soal ganas, brutal, dan berdarah-darahnya pasar digital ini.

Apakah marketplace cocok untuk UKM? Tidak!

Lalu apa solusi bagi UKM? Teruslah membaca.

Kalau anda ke pasar untuk membeli seikat sayur bayam yang dijajakan oleh 10 penjual sayur dengan harga berbeda, penjual manakah yang akan anda pilih? Kemungkinan besar anda akan membeli dari penjual dengan harga termurah.

Itulah perilaku natural pada sebuah pasar: konsumen datang ke sebuah tempat dimana jumlah penjual lebih banyak dibanding jumlah komoditas dan mencari harga yang paling menguntungkan bagi mereka.

Harga paling menguntungkan ini bisa kita kembalikan ke prinsip ekonomi: orang akan mencari keuntungan sebesar-besarnya dengan pengorbanan sekecil-kecilnya. Ini prinsip yang berlaku umum dan mendasar, tidak bisa dilawan. Kalau kita dihadapkan pada barang yang sama dan penjual serta harga yang berbeda, hampir mustahil kita akan memilih harga yang lebih tinggi.

Informasi sangat krusial dalam sebuah pasar. Misal, dari 10 penjual bayam itu 9 di antaranya berkumpul di satu kluster. Tapi ada 1 lagi penjual lagi yang kiosnya terletak di pojok agak jauh. Padahal bayam di 1 penjual ini lebih murah dibanding 9 lainnya. Tapi si 1 penjual tadi tidak mendapatkan penjualan yang baik karena informasi yang tidak simetris (asimetris).

Makin simetris informasi dalam sebuah pasar, maka daya tawar (bargaining power) penjual akan makin rendah terhadap pembeli. Begitu pula sebaliknya bila informasi asimetris.

Online marketplace seperti Tokopedia, Bukalapak, Blibli, Lazada, Shopee, adalah pasar nyata yang canggih dan brutal. Orang datang untuk mencari sebuah komoditas atau barang, bukan ke toko/merchant kesayangannya. Kalaupun ia 'mendarat' (landing) di halaman produk toko langganannya, ia punya keleluasaan sangat tinggi untuk langsung membandingkan harga produk sejenis di toko lainnya. Bahkan ada beberapa marketplace yang dengan kejamnya merekomendasikan produk lain yang sejenis dengan harga lebih murah ketika seorang konsumen sedang landing di laman produk sebuah merchant.

Di marketplace informasi begitu simetris, jelas dan terang. Untuk mencari harga termurah kita hanya perlu mengurutkan dengan sekali klik.

Yang paling brutal adalah ketika penjual (seller) dari negara lain yang punya keunggulan dalam efisiensi produksi, rantai pasokan (supply chain) dan logistik, ikut berdagang di tempat yang sama. Efisiensi ini membuat mereka memiliki cost leadership sehingga bisa menawarkan harga yang lebih rendah dibanding lainnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline