[caption id="attachment_410228" align="aligncenter" width="700" caption="Pintu gerbang event Indonesia SCM Summit 2015 di Jakarta Covention Center (dokpri)"][/caption]
Harapan baru terbit di Indonesia Supply Chain Management (SCM) Summit. Pada acara yang diselenggarakan oleh SKK Migas, Petronas dan British Petroleum di Jakarta Convention Center (JCC) 14-16 April 2015 tersebut, para pelaku industri SCM hulu migas merasa optimistis dengan iklim industri hulu migas Indonesia ke depan. Mereka percaya pemerintahan Joko Widodo dapat membuat perbedaan dengan menghadirkan regulasi serta iklim usaha yang sehat. Namun jatuhnya harga minyak dunia masih menghantui.
Kemas Abdulrahman, Direktur Business Development PT Sumindo Pratama, mengatakan bisnis SCM hulu migas yang sudah ia geluti selama sepuluh tahun tidak pernah sebaik beberapa tahun terakhir. Sumindo yang memasok peralatan pengeboran ke perusahaan migas seperti PT Pertamina, mengaku proyeknya sedang banyak.
"Kami salah satu pemasok peralatan drilling di Pertamina. Bisnis sedang bagus akhir-akhir ini. Meski pelaku usahanya juga makin banyak, tapi makin lama makin sehat," ujar Kemas di sela waktu rehat hari kedua pelaksanaan SCM Summit, Rabu (15/4).
Industri hulu migas Indonesia, ujar Kemas, makin lama makin seksi. Ini ditandai dengan hadirnya banyak Kontraktor Kontra Kerja Sama (KKKS) baru di Indonesia baik di eksplorasi maupun produksi. Otomatis, KKKS akan membutuhkan industri penunjang lokal seperti dirinya.
Soal iklim usaha, Kemas mengatakan industri SCM hulu migas Indonesia makin terbuka, transparan dan adil. "Sekarang sangat kompetitif, tapi sehat," cetusnya.
Namun turunnya harga minyak setahun belakangan membuat usahanya ikut terdampak. Perusahaan KKKS yang menjadi mitranya harus menunda beberapa proyek karena turunnya harga emas hitam. Padahal, ia berharap banyak dari proyek tersebut. Kemas meyakini kecemasan ini akan semakin memburuk bila harga minyak terus turun.
"Kita sangat mengapresiasi pemerintah yang sudah menciptakan iklim usaha hulu migas membaik dari waktu ke waktu. Tapi kini kami harap ada langkah yang lebih nyata soal terdampaknya industri seperti kami ini karena harga minyak," pungkas Kemas.
[caption id="attachment_410270" align="aligncenter" width="700" caption="Aktivitas peserta Indonesia SCM Summit 2015 di ruang eksibisi yang terdapat belasan booth di Jakarta Convention Center. (dokpri)"]
[/caption]
Hal serupa juga diucapkan Nurhayati Nasution, staf Business Development PT Servotech Indonesia. Ia katakan, beberapa proyeknya ditunda karena harga minyak yang kurang bersahabat. Servotech yang menyediakan jasa turbular, automatic and control serta surface service, sangat tergantung dengan keadaan bisnis KKKS mitranya.
"Kalau bisnis KKKS menurun, pasti ikut berdampak ke kita. Dengan harga minyak seperti sekarang kami sudah terdampak," kata Nurhayati ketika diwawancarai di booth Servotech di ruang eksibisi ICM Summit.