Lihat ke Halaman Asli

Hilma Hilma

mahasiswa

Islam di Asia Tenggara

Diperbarui: 23 Mei 2024   14:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Grid.ID

Islam masuk di  Asia  Tenggara  sejak Abad VII didasarkan bukti arkiologis berupa batu nisan yang bertuliskan arab kufi dengan menyebut nama Ahmad bin Abu Ibrahim bin Abu Aradah alias Abu Kamil wafat pada hari Kamis29  safar  431H.ditemukan di jalur pelayaran   dan   perdagangan   di   Pharang, Campa  Selatan,  yang  kini  masuk  daerah Vietnam.Batu nisan yang kedua, keadaannya sudah rusak dan tulisannya lebih mirip   tulisan   jawi   (Arab-Melayu)   yang isinya  mengenai  pembayaran  pajak,  utang-piutang   dan   tempat   tinggal.   

Dari   bukti arkiologis  ituterlihat  bahwa  Islam  teladatang  di daerah  Campa  dan  membentuk komunitas muslim.Peninggalan berupa   batu   nisan   di temukan juga di   pekuburan   dekat   jalan Resedensi    Bandar    Sri    Begawan,    yangmemuat tulisan seperti di Campa,pada nisan itu  disebutkan  nama  seorang  wanita  yang bernama Makhdarah yang wafat pada tahun 440   H/1048   M.   dan   masih   banyak lagi penemuan-penemuan yang lain.

Azyumardi  Azra  menyatakan  bahwa tempat   asal   datangnya    Islam   ke   Asia Tenggara, sedikitnya ada tiga teori. Pertama, teori  yang menyatakan bahwa  Islam datang langsung  dari  Arab  (Hadramaut).  Kedua, Islam  datang  dari  India,  yakni  Gujarat  dan Malabar. Ketiga, Islam datang dari Benggali (kini Bang-lades).  Islam masuk di Asia Tenggara melalui jalur perdagangan, perkawinan, dakwah, dan pembauran masyarakat Muslim Arab, Persia, dan India dengan masyarakat pribumi. 

Islam Asia Tenggara, khususnya di Indonesia, bisa dikatakan mampu menjelma sebagai entitas keislaman baru. Di samping sebagai negara dengan penduduk Muslim terbanyak di dunia, tradisi Islam yang berkembang di Indonesia sangat khas dan unik. Bahkan hingga awal tahun 1980-an, Islam Indonesia dianggap berada di luar mainstream tradisi Islam. Menurut sejumlah sarjana, hal ini diakibatkan adanya fenomea sinkretisme dalam Islam Indonesia yang tidak akan dijumpai jika dikomparasikan dengan Islam Timur Tengah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline