Lihat ke Halaman Asli

Hilma Hilma

mahasiswa

Labid bin Rabiah Penyair dua Zaman

Diperbarui: 23 Mei 2024   11:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://www.sdithidayatullah.net/2023/05/goresan-tinta-guru-pembelajar-indikasi.html

Pada masa jahiliyah, Jazirah Arab dihuni oleh pujangga-pujangga besar yang melahirkan puisi-puisi indah yang takkan pernah lekang oleh zaman. Hal ini menunjukkan bahwa sastra pada saat itu menjadi budaya masyarakat Arab yang sangat menghormati karya para pujangga. Salah satu pujangga besar yang disegani di akhir era Jahiliyah adalah Labid bin Rabiah al-Amiri. Belakangan ia masuk Islam dan beruntung menjadi salah satu sahabat Baginda Nabi SAW.

Nama lengkapnya adalah Abu Uqail Labid bin Rabiah bin Malik bin Jakfar al- Amiri. Ia menjadi penyair papan atas di masa jahiliyah. Selain itu ia juga dikenal sebagai kesatria yang ditakuti di medan pertempuran. Ia juga seorang yang dermawab dan bijaksana

Ia kerap menggubah syair tentang keindahan alam yang ia saksikan dan segala hal yang berkaitan dengan makna kehidupan. Kepiawaian Labid dalam melukiskan pemandangan alam dengan rangkaian kata-kata diakui para pengamat sastra, dan inilah yang menjadi ciri khas puisi Labid.

Kebanyakan syair Labid ditulis sewaktu ia masih berusia muda. Kala itu merangkai syair menjadi kebiasaan para bangsawan dan kesatria di Jazirah Arab. Sekitar tahun 630 Masehi, bersama kaum Amiri ia menghadap Baginda Nabi SAW untuk mengikrarkan diri masuk Islam. Kemudian ia berhijrah ke Kufah dan meneruskan aktifitas menggubah puisi dan melakukan amal kebajikan. Ia turut berdakwah menyebarkan agama Islam di tengah masyarakat. Ia meninggal pada awal pemerintahan Khalifah Muawiyah dalam usia yang sangat panjang, yakni sekitar 145 t ahun

Labid bin Rabiah adalah penyair yang berkibar di dua zaman, yakni zaman Jahiliyah yang berciri badawi dan zaman Islam yang berciri dakwah. Abu Yazid al-Qurashiyy berpendapat bahwa Labid mempunyai kedudukan tinggi di zaman Jahiliyyah dan Islam. Tidak ada lagha (omong kosong) pada ungkapan-ungkapan syairnya. Peranannya di dalam dunia puisi sangat penting, meski tidak setara dengan Imriul-Qays. Para sastrawan menilai bahwa Imriul-Qays memiliki kelebihan dari segi bandingan dan istiarah. Tarfah memiliki kelebihan dari segi gambaran, dan Zuhair memiliki kelebihan dari penggambaran situasi peperangan dan siasat qabilah. Sementara itu Labid mengalahkan mereka dalam mengilustrasikan situasi dan pemandangan alam. Dia juga istimewa dari segi nasihat dan pencetusan hikmah- hikmah mendalam yang mengukuhkan keimanan terhadap Allah.

Yang patut digaris-bawahi, Labid bin Rabiah tidak menjadikan puisi sebagai alat untuk mencari uang sebagaimana para penyair masa jahiliyah. Ia menjadikan puisi sebagai wadah mengekspresikan suasana hatinya. Puisi-puisinya banyak mengandung akidah keimanan, kata- kata bijak penuh hikmah dan dakwah Islami. Dalam dua kitab hadits shahih tercatat kesaksian Baginda Nabi SAW akan ketajaman syair Labid bin Rabiah




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline