Lihat ke Halaman Asli

Hilma Nuraeni

Bachelor Degree of Public Education University of Ibn Khaldun Bogor

MPreg: Male Pregnant, Apa Hubungannya dengan Patriarki?

Diperbarui: 22 November 2024   16:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Sumber: Pexel)

MPreg: Male Pregnant, Apa Hubungannya dengan Patriarki?

Dalam dunia fiksi dan budaya populer, konsep MPreg (male pregnancy atau kehamilan pria) sering memancing rasa penasaran. Meski banyak dianggap bagian dari genre fantasi, Mpreg punya lapisan makna yang lebih dalam, terutama jika dikaitkan dengan patriarki.

Apa Itu MPreg dan Mengapa Populer?

MPreg adalah konsep di mana pria baik secara biologis maupun melalui karakter fiksi mengalami kehamilan. Ide ini sering muncul di fanfiction, film, atau cerita fiksi untuk mengeksplorasi konflik emosional dan dinamika hubungan yang unik.

Hal menarik dari Mpreg adalah bagaimana ia membalikkan peran gender yang selama ini dianggap "kodrat". Dalam masyarakat patriarkal, kehamilan sering dilihat sebagai "beban biologis perempuan". Namun melalui MPreg, beban itu dibayangkan berpindah, seolah bertanya: "Bagaimana jika pria yang mengalami ini?"

Hubungan MPreg dengan Patriarki

Patriarki adalah sistem sosial yang menempatkan pria sebagai pemegang dominasi, sering kali dengan membatasi pengalaman perempuan. Kehamilan, sebagai pengalaman unik perempuan, sering menjadi alasan untuk membatasi peran perempuan di ruang publik.

Konsep MPreg secara tidak langsung menantang narasi patriarki ini. Bayangkan jika pria juga harus menanggung kehamilan: apakah masyarakat akan lebih adil dalam membagi beban tanggung jawab keluarga? Dengan menghadirkan pria dalam posisi ini, MPreg mengajak kita untuk melihat kesenjangan gender dan bagaimana patriarki memengaruhi cara kita memandang kehamilan.

MPreg di Media Sosial: Kritik atas Patriarki di Indonesia

Belakangan ini, tren MPreg kembali viral di media sosial seperti X (dulu Twitter). Banyak pengguna menggunakan konsep ini untuk mengkritik bagaimana budaya patriarki masih merajalela, termasuk di Indonesia. Salah satu pembahasan yang kerap muncul adalah fenomena pria yang merasa berhak mengatur tubuh perempuan, seperti dalam kasus aborsi akibat korban pemerkosaan.

Tren ini sering mengangkat pertanyaan: "Bagaimana jika pria yang harus menghadapi konsekuensi fisik dari kehamilan yang tidak diinginkan?" Pertanyaan ini menjadi pukulan langsung terhadap sistem patriarki yang sering menyalahkan perempuan dalam berbagai situasi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline