Lihat ke Halaman Asli

Hilma Hasanah

Penulis pemula yang membutuhkan banyak kritik dan saran mendukung.

Patah Hati Terikhlas

Diperbarui: 26 Juli 2020   21:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pernah kau dengar kisah orang-orang yang bertahan untuk tetap kuat dalam masa-masa patah hati? 

Pernah kau melihat sebanyak apa air mata yang keluar dari seseorang yang tengah patah hati?

Atau, mungkin kamu sendiri yang pernah mengalaminya? 

Pagi ini aku merasa curiga pada diriku sendiri. 

"Apakah aku masih waras?" 

Tiba-tiba pikiranku berputar di pertanyaan yang sama setelah beberapa jam ini. 

Tepat di pukul 08.32, aku harus menyaksikan semua yang aku rawat, siram, dan semua yang kujaga dengan baik, tiba tiba dipatahkan, layu, lalu mati. 

Terhitung lima tahun, aku hidup dalam do'a yang melangit setiap malam, menyertakan sebuah nama. Benar. Aku mencintainya. 

Lima tahun bukan perjalanan yang mudah. Bukan pula perjalanan singkat untuk tetap mantap memilih seseorang untuk dijadikan pelabuhan terakhir. 

"Kamu bodoh. Kok nunggu selama itu!" 

Pernah ku dengar kalimat semacamnya. Tapi entah kenapa, aku tetap yakin berdo'a, semoga dialah yang akan menjadi sosok laki-laki terhebat dalam hidupku setelah bapak. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline