Lihat ke Halaman Asli

Parah, Anggota DPR Tuna Sila

Diperbarui: 26 Juni 2015   15:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Artikel Menarik Terkini

-----------------------------------------------------------------------

Gemas dan gregetan kala membaca tulisan di 'Aku bangga Jadi Orang Indonesia' soal anggota legislatif yang tidak hafal Pancasila justru pada saat menghadiri peringatan nasional Hari Lahirnya Pancasila 2010 yang dihadiri pula oleh Presiden RI dan para petinggi negeri. (Kalau mau tahu orang-orangnya, klik saja link diatas) Betapa tidak? Para anggota DPR itu tugas utamanya adalah legislasi, dus membuat produk hukum, dan Pancasila adalah sumber dari segala sumber hukum di negeri ini. Sebagai penghasil produk hukum seharusnya Pancasila sudah mendarah daging dalam jiwa mereka sehingga satu potong kata saja dalam rancangan undang-undang yang bertentangan dengan Pancasila secara otomatis membunyikan sirine keras dalam jiwa mereka untuk mengatakan TIDAK! Lah, ini hafal saja tidak.... Opo Tumon? Pancasila adalah falsafah bangsa dan menjadi dasar negara kita dengan nilai-nilai inti (values) yang semestinya telah tertanam dalam sanubari anak bangsa, apalagi anggota DPR yang (lebih sering tidak) terhormat itu. Orang bijak bilang "Values is something burning inside that make us easier to say NO!", sesuatu yang membara dalam hati yang membuat kita mudah mengatakan TIDAK untuk hal-hal yang bertentangan dengan nilai-nilai itu. Jelaslah sudah, mengapa ada begitu banyak produk hukum yang "ANTI PANCASILA" mulai dari (dan terutama yang berkaitan dengan) sila ke 1 (banyak lho saudara sebangsa yang belum bisa beribadah karena dipersulit mendirikan tempat ibadah mereka), hingga sila ke 5 (ada ratusan PERDA ajaib yang bertentangan dengan Pancasila dan UUD 45). Mungkin Mahkamah Konstitusi harus proaktif menguji ulang semua produk hukum Anti Pancasila itu! Soal sila ke 1 itu karena sudah diganti dengan "Keuangan Yang Maha Kuasa". Agama kemudian menjadi komoditas politik, demi kekuasaan dan uang! Minta Amplop...eh Minta Ampun deh!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline