Lihat ke Halaman Asli

Yakin "Sing Waras Ngalah" Terus?

Diperbarui: 18 Januari 2017   01:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

"Sing waras, ngalah"

Kata-kata ini sering terdengar, biasanya muncul di bagian akhir sebuah perdebatan, apapun topik bahasannya. Kemunculan kata-kata ini menandai bahwa perdebatan yang terjadi mulai mengalami kebuntuan dan jika terus dilanjutkan akan berkepanjangan serta cenderung menjadi debat kusir. Hal ini terjadi bisa karena pihak-pihak yang terlibat tidak seimbang kualitasnya, data-data yang digunakan tidak valid ataupun karena salah satu pihak atau keduanya mulai asal bicara hanya ingin menang sendiri. 

Belakangan ini, saya sedikit berpikir tentang dampak dari ucapan ini. 

Kalau semua orang waras ngalah, orang gila lah yang akan menguasai dunia ini. Dia akan memanfaatkan "ngalah"nya orang-orang waras. Dia akan teriak bahwa dia (yang tidak waras) inilah pihak yang paling waras. Dia terus teriak ke jalan-jalan, ke medsos, ke pasar, bahkan ke ceramah-ceramah keagamaan.

Orang-orang yang benar-benar waras pun mendengarnya,kadang menertawakan sinis tentang isi teriakan itu, tapi mereka enggan menanggapi karena mereka menganggap itu sia-sia "wis biarin.. sing waras, ngalah", dan kewarasan mereka tidak perlu dibela karena toh sudah nyata terlihat. 

Kemudian "si tidak waras" mulai menunjukkan argumen-argumen yang memutar balikkan fakta dan logika tentang kewarasan mereka. Mereka terus berteriak, sehingga orang-orang waras yang sedang depresi, mulai mendengarkan sedikit demi sedikit argumen yang mereka sampaikan. Pengikutnyapun semakin bertambah. Orang-orang yang mendengarkan teriakan merekapun kini mulai mempertanyakan kewarasan dirinya sendiri.

Orang-orang waras mulai menyadari kekeliruan ini setelah beberapa temannya bahkan keluarganya ikut meneriakkan hal yang sama. Saat mereka mulai melakukan diskusi untuk menyampaikan kebenaran, orang-orang yang "tidak waras" meladeni ajakan diskusi itu. Kemudian di saat mereka "yang tidak waras" ini sudah terpojok, mereka lalu mengatakan: "Sing Waras, Ngalah". Si waras terdiam, diapun mulai menyadari inilah efek pembiarannya selama ini. Bahkan diapun mulai meragukan kewarasan dirinya sendiri.

Sudah terlambat. Sudah sulit diperbaiki, namun bukan berarti tidak bisa. 

"sing waras, ngalah"

Kalau semua orang waras, ngalah.. Bersiaplah, orang gila yang akan menguasainya bahkan menguasai dunia ini. Karena "kalah" dan "ngalah" itu berbeda, tapi sulit dibedakan.

Kalau semua orang waras, ngalah.. Orang-orang gila akan leluasa teriak mengatakan bahwa merekalah yang waras. Sampai-sampai si waraspun mulai meragukan kewarasannya sendiri.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline