Lihat ke Halaman Asli

Hilda Sania Salsabila

UIN KH. Achmad Shiddiq Jember

Sejarah Konflik Israel-Palestina

Diperbarui: 9 November 2023   23:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Israil adalah gelar yang diberikan kepada Ya'kub, keturunan Ishaq dan cucu Ibrahim, yang artinya hamba atau kekasih Tuhan. Ia memiliki 12 anak lelaki yang kemudian disebut sebagai Bani Israil dalam Al-Qur'an. Keduabelas anak tersebut lahir dari empat ibu yang berbeda. Lea melahirkan Ruben, Simeon, Lewi, dan Yehuda. Bilha melahirkan Dan dan Naftali. Zilpa melahirkan Gad dan Asyer. Rahel melahirkan Yusuf dan Benyamin. Kisah Yusuf, seperti yang diungkap dalam Al-Qur'an, dimulai ketika saudaranya yang cemburu merencanakan untuk menjauhkan Yusuf dari keluarga mereka. Akibatnya, Yusuf dijual sebagai budak, namun melalui serangkaian ujian dan fitnah, ia akhirnya menjadi Bendahara yang dipercayai oleh Fir'aun untuk mengatasi paceklik. Kesimpulannya, Yusuf memaafkan saudaranya dan mengundang ayah serta saudara-saudaranya untuk tinggal di Mesir.

Bani Israil berkembang di Mesir, membawa ajaran dari Ibrahim, dan hidup di sana hingga wafatnya Yusuf. Setelah itu, Fir'aun, yang tidak menyukai keyakinan tauhid yang dianut oleh Bani Israil, mulai mendzalimi mereka, menjadikan mereka budak karena bertentangan dengan kepercayaan Mesir yang saat itu memuja berbagai dewa. 

Sejak awal abad ke-20, konflik antara Israel dan Palestina telah menjadi salah satu sumber ketegangan terpanjang dan paling rumit di dunia. Konflik ini melibatkan pertikaian wilayah, agama, dan identitas nasional antara dua kelompok yang memiliki klaim sejarah yang mendalam terhadap tanah yang sama. Tanah ini adalah tanah suci bagi tiga agama yakni islam, yahudi dan nasrani. Bagi Muslim tanah ini adalah kiblat pertama, bagi yahudi tanah ini adalah tanah terjanji, sedangan nasrani mengatakan tanah ini adalah perjamuan terakhir yesus. 

Pada awal abad ke-20, wilayah Palestina merupakan bagian dari Kekaisaran Ottoman. Pada akhir Perang Dunia I, Kekaisaran Ottoman runtuh, dan Liga Bangsa-Bangsa (LBB) mengawasi pembagian wilayah tersebut. Pada tahun 1947, LBB mengusulkan pembagian Palestina menjadi dua negara, satu bagi Yahudi dan satu lagi bagi Arab Palestina, dengan Jerusalem menjadi wilayah internasional. Meskipun usulan tersebut disetujui oleh komunitas internasional, namun tidak diterima oleh pihak Arab, yang melihatnya sebagai ketidakadilan.

Pada tahun 1948, David Ben-Gurion, pemimpin gerakan Zionis, memproklamirkan kemerdekaan negara Israel. Padahal sejak awal tanah tersebut telah dihuni oleh orang-orang muslim sebagai kiblat pertama. Namun Yahudi yang awalnya menolak tanah tersebut kemudian hadir sebagai pendatang dan berusaha mengklaim dengan dalih bahwa itu adalah tanah yang dijanjikan Tuhan untuk mereka.

Sebagai respons, negara-negara Arab tetangga menyerbu Israel, memicu Perang Arab-Israel pertama. Setelah perang berakhir pada tahun 1949, Israel memperluas wilayahnya, sementara Gaza dikuasai oleh Mesir dan Tepi Barat oleh Yordania. Konflik ini terus berlanjut dengan serangkaian perang, pemberontakan, dan negosiasi yang kompleks. Pada tahun 1967, Perang Enam Hari terjadi, yang menyaksikan Israel merebut Gaza, Tepi Barat, dan Yerusalem Timur. Israel juga menduduki Dataran Tinggi Golan dari Suriah dan Semenanjung Sinai dari Mesir. Wilayah ini sebagian besar tetap berada di bawah kendali Israel, meskipun ada tekanan internasional untuk menarik mundur.

Pada tahun 1993, Israel dan Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) mencapai Kesepakatan Oslo, yang dimaksudkan untuk menciptakan otonomi Palestina di Tepi Barat dan Gaza. Meskipun terdapat harapan untuk perdamaian, ketegangan terus berlanjut. 

Beberapa isu kunci dalam konflik ini melibatkan status Jerusalem, hak kembali pengungsi Palestina, batas-batas wilayah Israel, dan keamanan kedua belah pihak. Meskipun sudah banyak upaya mediasi dan perundingan, belum ada penyelesaian yang berhasil hingga saat ini. Masyarakat internasional terus memperjuangkan solusi damai dan menggalang dukungan untuk negosiasi antara Israel dan Palestina. Tetapi, dengan sejarah yang penuh konflik dan ketegangan, mencapai kesepakatan yang dapat diterima oleh kedua belah pihak tetap menjadi tantangan besar. 

Ini tentang agama, tapi lebih dari itu ini adalah perihal kemanusiaan, sudah terlalu banyak korban yang meninggal, bahkan menteri pendidikan palestina beberapa minggu lalu mengatakan bahwa tahun ajaran ini sekolah ditutup karena seluruh murid telah meninggal. Ini bukan perang karena lawannya tidak seimbang. Ini adalah Genosida yang dilakukam Israil terhadap Palestina. Suarakan untuk membela Palestina

Free Palestine

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline