Masih ingat beberapa waktu lalu masyarakat kita pernah dibuat heboh dan geger oleh padamnya listrik di sebagian besar daerah di pulau Jawa? Bahkan Jakarta yang notabene adalah kota besar di mana ketergantungan pemakaian listrinya sangat tinggi pun terkena dampak pemadaman listrik.
Hotel-hotel besar banyak diserbu warga Jakarta dan sekitarnya karna mereka tidak tahan panas-panasan tanpa AC di rumah, tidak bisa nonton Televisi, atau sekedar numpang charge handphone. Peristiwa berikut mengingatkan kita akan tingginya kebutuhan listrik dalam kehidupan masa kini.
Nah sekarang, apa yang ada dibenak kalian bila mendengar kata "nuklir"? apakah merupakan suatu yang biasa, tabu, aneh, atau menakutkan? Tentunya masing-masing individu di era digital ini sudah banyak yang tau bahkan kenal dengan teknologi Nuklir serta pemanfaatannya.
Salah satu pemanfaatan teknologi nuklir adalah sebagai pembangkit listrik dan sudah banyak dimanfaatkan dibeberapa Negara maju seperti Amerika Serikat, Prancis, dan Jepang.
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) adalah salah satu sumber energi alternatif untuk menghasilkan listrik dalam skala gigawatt (GW) bahkan bisa sampai terawatt (TW). Tenaga nuklir dihasilkan dari reaksi fisi yang terkontrol. Pada reaksi fisi ini akan dihasilkan panas yang akan menghasilkan uap, sehingga uap ini akan menggerakan turbin yang akan menghasilkan listrik.
PLTN memiliki banyak keunggulan dibandingakan pembangkit listrik dengan tenaga lain yaitu memiliki biaya operasional yang jauh lebih murah, selain itu kapasitas energi yang dihasilkan juga jauh lebih besar, hal ini sangat menguntungkan Indonesia sebagai Negara yang kedepannya akan menjadi Negara dengan perkembangan indutri yang besar.
Keuntungan selanjutnya adalah PLTN sebagai solusi alternatif mengatasi krisis energi dikarenakan batu bara merupakan bahan bakar fosil yang ketersediaannya terbatas. Adapun keutungan terakhir dari PLTN adalah besarnya potensi energi nuklir di Indonesia dikarenakan di sejumlah daerah di Indoneisa seperti Kalimantan, NTT, dan Papua memiliki sumber daya uranium yang menjadi bahan bakar nuklir dengan jumlah yang cukup besar.
Tentu selain berbagai keuntungan yang ditawarkan oleh PLTN, pembangkit ini juga memiliki beberapa kekurangan, adapaun kekurangan sekaligus ketakutan terbesarnya adalah resiko kecelakaan nuklir mengingat Indonesia adalah Negara yang memiliki cukup besar resiko bencana alam seperti gempa bumi.
Adapun kecelakaan nuklir terbesar pernah terjadi di Chernobyl (yang tidak mempunyai bangunan penahanan). Dan kekurangan kedua yaitu dihasilkannya limbah nuklir dimana akan menghasilkan limbah radioaktif yang cukup tinggi dan membutuhkan waktu ribuan tahun untuk meluruh.
Pada akhirnya masyarakat sendiri yang bisa menilai, perlu kah di Indonesia secepatnya dibangun Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) atau kita akan terus memanfaatkan bahan bakar fosil sebagai sumber energi untuk pembangkit listrik di Indonesia dengan risiko ketersediaannya yang kelamaan akan habis dan tentunya sangat tidak ramah lingkungan karena menghasilkan polusi yang sangat tinggi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H