Di tengah mewabahnya infeksi virus corona, sebagian masyarakat di berbagai wilayah diharuskan untuk work from home dan berdiam diri di rumah. Perasaan bosan, jenuh, dan kesepian mungkin menghinggapi banyak orang, karena harus menahan diri untuk tidak keluar rumah. Maka karantina diri dengan #dirumahaja adalah solusinya.
Apalagi sebagai kaum muslimin kita tentu selayaknya momen ini kita jadikan sebagai momentum mendekatkan diri kepada Sang Maha Hidup. Karena di momen langka inu sesungguhnya keimanan dan ketaatan kita di uji.
Berdiam di rumah tentunya tak mematikan kreativitas dan gaya hidup sehat kita. Berikut beberapa pilihan novel yang bisa dibaca di rumah untuk membunuh bosan dan jenuh, serta tetap 'waras', dengan senantiasa memberikan energi poitive terhadap tubuh kita selama pandemi COVID-19:
1. Negeri Lima Menara (Ahmad Fuadi)
Seorang remaja bernama Alif bercita-cita ingin seperti BJ.Habibie. Untuk mewujudkan mimpinya sedari kecil, ia ingin melanjutkan pendidikan ke sebuah universitas. Di satu sisi, sang ibu menginginkan anaknya meniru jejak seorang Buya Hamka. Ia pun diberi pilihan untuk sekolah di bidang agama, atau menjadi santri pesantren. Alif akhirnya memutuskan mondok di sebuah pesantren di Jawa Timur, Pondok Madani.
Saat berada di pesantren, ia mempunyai sahabat karib yaitu Baso, Dulmajid, Atang, Raja dan Said. Mereka memiliki cita-cita yang sama, yakni ingin menjelajah Benua Eropa dan Amerika. "Man Jadda Wa Jadda", barang siapa yang sungguh-sungguh, pasti akan berhasil. Kalimat yang sering diucapkan oleh pimpinan pondok, Kia Rais, membuat tekad mereka semakin bersemangat untuk dapat menggapai mimpi tersebut.
2. Lost In The USA (Fathi Bawazier).
Cerita yang dialami saat Fathi masih muda ini menghadirkan pesan-pesan religi yang di kemas dalam kisah inspiratif yang menguraikan pengalaman yang di alami penulis pada saat remaja. Kisah petualangan remaja yang merantau ke negara Amerika dan Australia dengan kebulatan tekad untuk mewujudkan impian menjadi orang yang berilmu dan memiliki nilai jual tinggi agar mampu melepaskan diri dari jeratan rezeki haram.
Gagal test masuk perguruan tinggi negeri, dia memutuskan untuk kuliah dan mewujudkan impiannnya di luar negeri. Dengan bekal materi yang minim dari kedua orang tuanya, Fathi muda yang di kenal badung pada masa SMA-nya mengesampingkan rasa takut dan mengedepankan prasangka baik kepada Allah. Sehingga berbagai rintangan yang dialaminya untuk menggapai cita-cita, ia selalu berusaha melibatkan peran Allah, sebagai satu-satunya sumber pertolongan dirinya.
Satu-satunya cinta yang dibahas dalam novel ini adalah mengenai cinta dari kedua orang tua dalam mendidik dan mencintai Fathi dan enam saudaranya. Betapa mengekspresikan cinta dengan tindakan jauh lebih bermakna dalam dari pada mengucapkan 'aku cinta kamu'. Mengharapkan yang terbaik menurut Allah dalam jarak yang membentang seperti yang selalu di lakukan kedua orang tua adalah romantisme tersendiri dari novel ini.
Bahkan dengan gaya bahasa yang begitu sederhana, selipan kisah teladan Rasul dalam novel ini tidak sama sekali membuat pembacanya bosan. Berbagai pekerjaan dari office boy ia lakoni, hingga kemudian ia menjadi manager di sebuah perusahaan perminyakan terkemuka di negeri Paman Sam. Kemudian suatu hal membuatnya harus pulang ke Indonesia, setelah jabatan yang di raihnya dan beasiswa berkuliah di univertias favorit akhirnya dia tinggalkan.