Lihat ke Halaman Asli

Hilda Fegy

Mahasiswa Universitas Negeri Semarang

Pendapatan Meningkat tetapi Mengalami Kerugian? Analisis Akuntansi Manajemen pada Garuda Indonesia

Diperbarui: 7 Desember 2024   14:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi pesawat Garuda Indonesia dan pesawat Citilink. Foto: aiyoshi597/Shutterstock 

PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) dalam laporan keuangan mencatatkan kerugian nya kembali. Dimana kerugian pada periode ini mengalami peningkatan sebesar 81,29% dari periode sebelumnya. Kerugian yang dicatat pada periode ini yaitu sebesar US$ 129,61 juta atau setara Rp2,06 triliun  dan kerugian pada tahun sebelumnya sebesar US$72,06 atau setara dengan Rp1,138 triliun.

Pada saat yang sama Garuda Indonesia mengalami peningkatan pendapatan pada tahun kuartal III tahun 2024 sebesar 14,72% dibandingkan pendapatan usaha pada tahun sebelumnya. 

Laporan keuangan Garuda Indonesia menujukan pendapatan usaha kuartal III tahun 2024 menunjukan angka sebesar US$ 2,56 miliar atau setara dengan Rp40,2 triliun dibandingkan pendapatan tahun sebelumnya sebesar US $2,23 miliar atau setara dengan Rp35,3 triliun. 

Faktor yang mempengaruhi peningkatan pendapatan Garuda Indonesia pada kuartal III tahun 2024 menurut Direktur Utama GIAA Irfan Setiaputra yaitu penerbangan berjadwal yang mengalami peningkatan sebesar 17%, penerbangan tidak berjadwal yang mengalami peningkatan sebesar 6% dari periode sebelumnya, dan pendapatan lainnya mengalami peningkatan sebesar 8%.

Lalu bagaimana bisa PT Garuda Indonesia mengalami kerugian padahal pendapatan pada periode tersebut meningkat? 

Jika dilihat dalam laporan keuangan Garuda Indonesia pada kuartal III tahun 2024 Garuda Indonesia mengalami kenaikan beban usaha sebesar 14%. Beban usaha pada periode ini sebesar US$ 2,38 miliar atau setara dengan Rp37,43 triliun lebih besar dari periode sebelumnya yaitu US$ 1,99 miliar atau setara dengan Rp31,29 triliun. Kenaikan beban pada periode ini mempengaruhi kerugian yang dialami Garuda Indonesia saat ini.

Bagaimana analisis dalam akuntansi manajemen?

Dalam kasus tersebut akuntansi manajemen memiliki peranan penting, karena akuntansi manajemen dapat membantu suatu perusahaan untuk mengelola atau melakukan strategi dalam penggunaan biaya. Garuda Indonesia yang mengalami peningkatan pendapatan tetapi mengalami peningkatan kerugian juga dapat dilihat dari analisis ROI (Return on Invesment). 

ROI merupakan salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mengukur seberapa efektif aset yang digunakan untuk memperoleh suatu laba/rugi. Lalu berapa ROI yang didapatkan oleh Garuda Indonesia pada kuartal III tahun 2024? 

Garuda Indonesia mengalami kerugian sebesar US$ 129.612.990 dan total rata-rata aset pada Garuda Indonesia sebesar US$ 6.616.331.278, maka ROI nya dapat diketahui sebesar -0,019 atau sekitar -1,96%. ROI yang minus ini menunjukkan bahwa Garuda Indonesia mengalami kerugian sebesar 1,96% dari total aset rata-rata atau investasi. 

Hasil ROI yang negatif dari Garuda Indonesia ini disebabkan kurangnya pengendalian biaya operasional pada kuartal III tahun 2024. Hal ini dapat kita lihat melalui laporan laba rugi dari Garuda Indonesia, biaya periode ini mengalami kenaikan dari periode sebelumnya. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline