Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah jenis penyakit arbovirus yang ditularkan melalui dua jenis vektor nyamuk, yaitu Aedes aedepty dan Aedes albopictus. DBD merupakan salah satu penyakit endemik di wilayah tropis dan sebagian wilayah subtropis. Virus dengue terdiri dari 4 serotipe yaitu DENV-1, 2, 3, dan 4. Demam Berdarah (DBD) tetap menjadi isu kesehatan masyarakat yang signifikan, karena jika tidak dilakukan pencegahan dan penanggulangan secara cepat, penyebaran, tingkat keparahan, serta kerugian materi yang ditimbulkannya akan semakin meningkat.
Indonesia menempati posisi kedua tertinggi dalam kasus DBD. Tercatat ada 129.435 kasus selama periode 2004-2010. Pada tahun 2016, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia mencatat bahwa terdapat 201.885 penderita DBD di seluruh Indonesia, 1.585 diantaranya meninggal dunia. Berdasarkan total jumlah penderita tersebut, Jawa Timur menyumbang kasus DBD paling banyak.
Kasus DBD dipengaruhi oleh beberapa aspek. Aspek pertama yang mempengaruhi kasus DBD adalah perilaku masyarakat. Perilaku masyarakat yang sering tidak diperhatikan adalah penggunaan anti nyamuk dan kebiasaan 3M (Menguras, Mengubur, dan Menutup). Aspek yang kedua adalah perubahan iklim. Aspek ini meliputi kelembaban udara, suhu, curah hujan. Di musim hujan, perkembang biakan nyamuk Aedes aegepty meningkat. Kemudian, genangan air yang ada seperti di tempat penyimpanan air di kamar mandi dapat meningkatkan tingkat perkembangbiakan nyamuk Aedes aegepty.
Untuk mewujudkan program penanggulangan kasus DBD yang digaungkan oleh pemerintah, dibutuhkan tenaga, ide, dan gagasan dari tenaga kesehatan. Selain itu, tokoh kesehatan juga memiliki peran yang penting dalam keberhasilan upaya penanggulangan dan pencegahan kasus DBD ini, dengan meningkatkan kesadaran dan mangarahkan masyarakat agar kasus DBD tidak terjadi lagi melalui apa yang akan mereka lakukan. Untuk mencegah berkembangnya populasi nyamuk, diperlukan langkah-langkah yang jelas agar dapat meningkatkan partisipasi seluruh warga. Peran aktif masyarakat dalam pencegahan dan penanggulangan penyakit DBD menjadi kunci keberhasilan dalam upaya pemberantasan penyakit tersebut.
Salah satu upaya dari pengendalian dan pencegahan dari Kementerian Kesehatan RI adalah melalui Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik (G1R1J) dengan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) 3M Plus di tempat -- tempat umum dan tempat -- tempat institusi untuk mencapai Angka Bebas Jentik > 95%. Kegiatan ini diharapkan dapat mengurangi kasus DBD, terutama selama musim hujan. Hal ini memerlukan kepedulian masyarakat, sehingga pemerintah terus-menerus melakukan sosialisasi, penyuluhan kesehatan, dan pemberdayaan masyarakat. Upaya pemberdayaan masyarakat yang bertujuan mendorong perilaku positif meliputi pemantauan jentik nyamuk, pengurasan, penutupan, dan penimbunan tempat penampungan air untuk mengendalikan risiko DBD. Selain itu, penggabungan upaya ini dengan pencegahan penyakit lain yang disebabkan oleh nyamuk juga merupakan bagian dari strategi pencegahan yang komprehensif.
Untuk mengatasi permasalahan, kampanye intensif perlu dilakukan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pencegahan DBD, termasuk pentingnya pengendalian nyamuk melalui pengurasan tempat penampungan air, penggunaan kelambu, dan obat anti-nyamuk. Selain itu, peran serta masyarakat harus dioptimalkan dengan membentuk kelompok kader kesehatan atau komunitas peduli DBD. Kader-kader ini akan dilatih untuk memantau jentik nyamuk dan menyuluh warga mengenai langkah-langkah pencegahan.
Referensi:
- https://jurnal.stikes-yrsds.ac.id/JMK/article/view/1255/269
- file:///C:/Users/User/Downloads/134-Article%20Text-754-1-10-20201119.pdf
- file:///C:/Users/User/Downloads/943-Article%20Text-3672-1-10-20230505.pdf
- file:///C:/Users/User/Downloads/5996-Article%20Text-14642-1-10-20190201.pdf
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H