Lihat ke Halaman Asli

Pengalaman Menjadi Guru Ngaji yang Terlihat Sepele Tapi Susah

Diperbarui: 17 Februari 2023   20:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Kenapa orang-orang kok terkesan menyepelekan pekerjaan sih? 

Padahal pekerjaan yang terkesan "mudah" belum tentu mudah beneran.

Aku dulunya seorang guru ngaji. Aku berhenti menjadi guru ngaji, semenjak aku kuliah. Sebenarnya berat melepas anak-anak, akan tetapi kuliahku di luar kota. 

Aku menjadi guru ngaji semenjak SMP kelas 8. Aslinya sih nggak disuruh menjadi guru, hanya membantu ustadzahku saja. Akan tetapi, ustadzah ku keluar, jadi aku dan temanku disuruh menggantikan beliau. 

Kebetulan aku kebagian tartil 1, jadi memegang bocil-bocil. Banyak orang mengira jadi guru tpq mudah, apalagi kalo bocil yang diajari.

Tidak semudah itu. Kalo bocil belum diajari ngaji sama sekali dan nggak paham huruf hijaiyah susah loh. 

"mbak, kok anakku nggak naik-naik jilid sih. Padahal di rumah udah bisa lo", ujar orang tua

"mbak, anak ku kok halamannya nggak berubah sih. Udah satu minggu loh di halaman yang sama", ujar orang tua

Nah lo riweh kan menghadapi keluh kesah wali santri. 

Siapa sih guru yang nggak pingin muridnya cepat pintar, cepat bisa mengaji?

Semua guru mesti ingin muridnya seperti itu, nggak menguras kesabaran.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline