Pemikiran orang tidak akan berubah jika selalu dipengaruhi oleh pemikiran orang zaman dahulu. "Nduk, kamu besok kalau udah nikah minimal punya anak 5 ya, biar rezekimu banyak" atau "Nduk, jangan KB kasihan suamimu dia masih mau keturunan dari kamu", kurang lebih seperti itu ucapan mbah-mbah kepada cucu/cicitnya.
Tapi jika dipikir-pikir dengan keadaan sekarang apakah benar ucapan orang zaman dulu? Oke, aku akan berbagi pandanganku tentang hal ini. Yuk, kita simak.
Anak bukan penentu rezeki
Anak memang rezeki dari Allah yang dititipkan kepada manusia agar dirawat, dijaga dan diajarkan hal-hal yang baik. Namun, anak bukan penentu rezeki orang tua.
Misal nih anaknya 5, berarti rezekinya bertambah 5x lipat. Lah jika ananya 2 berarti rezekinya lebih sedikit dong? Menurutku, rezeki itu tergantung pada usaha dan ikhtiar orang tua dalam bersungguh-sungguh mencari pekerjaan dan bekerja.
Sebagai anak kita pasti mendoakan agar orang tua dilancarkan rezekinya, diberikan kemudahan dalam mencari rezeki, tetapi jika orang tuanya hanya duduk manis dirumah dan tidak mau bekerja apakah bisa rezeki datang sendiri? Tidak! Iya kalau kalian sebagai orang punya warisan 7 turunan tidak akan habis boleh saja lontang-lantung dirumah, tetapi kalau kalian dari keluarga miskin punya anak banyak, wahhh kasihan anaknya dong.
Jumlah anak disesuaikan dengan pendapatan orang tua
Penting banget nih diperhatikan, sebelum kalian berpikir untuk memiliki anak banyak, coba cek pendapatan dan tabungan kalian. Apakah cukup untuk membiayai anak dalam jumlah lebih dari 2? Jika tidak, maka jangan nekat kalian memiliki anak banyak. Mengapa? nanti kasihan si anak, merasa tidak disekolahkan oleh orang tua sehingga pada mindset si anak "orang tua aku pilih kasih". Selain itu, sekolah zaman sekarang sudah mahal, walaupun sekolah negeri tetapi buku, seragam, dan rekreasi tetapi bayar dong. Apalagi gara-gara pandemi, nyari pekerjaan sulit dan banya juga pendapatan yang dipotong, maka dari itu yuk pahami keadaan.
Loh, tapi kenapa orang dulu banyak anak padahal pekerjaannya hanya sebagai petani?
Hey, ingat friend, dulu harga sembako murah, pendidikan juga sangat murah. Walau orangtua hanya bekerja sebagai petani, mereka punya sawah,tambak, peternakan. Apabila mereka memerlukan uang tinggal dijual aja aset mereka. Coba lihat orang-orang sekarang, jarang sekali yang invest seperti itu, gaji mereka hanya digunakan untuk foya-foya dan menabung hanya berapa persen saja dari gaji mereka.
Sedikit anak, namun mencetak anak yang berkualitas