Menurut saya, gagasan Abdurrahman Wahid dan Nurcholish Madjid tentang Neomodernisme Islam di Indonesia merupakan suatu gerakan pemikiran positif yang muncul sebagai respons terhadap tantangan modernisasi dan kebutuhan untuk memperbarui pemikiran Islam. keduanya berkontribusi signifikan dalam merumuskan ide-ide neomodernis yang menggabungkan nilai-nilai Islam dengan konteks sosial dan budaya Indonesia.
Sejarah Neomodernisme di Indonesia
Neomodernisme di Indonesia merupakan suatu gerakan pemikiran yang muncul sebagai respons terhadap tantangan modernitas dan kebutuhan untuk memperbarui pemikiran Islam. Gerakan ini dipelopori oleh tokoh-tokoh seperti Nurcholish Madjid (Cak Nur) dan Abdurrahman Wahid (Gus Dur), yang mengintegrasikan nilai-nilai Islam dengan konteks sosial dan budaya Indonesia.
Neomodernisme berakar dari pemikiran 'Fazlur Rahman', seorang cendekiawan Muslim yang menekankan perlunya pembaruan dalam pemikiran Islam untuk menjawab tantangan zaman modern. Di Indonesia, neomodernisme mulai berkembang pada tahun 1970-an, ketika generasi intelektual baru yang terdidik di pesantren mulai menyerap pemikiran Barat dan tradisi keilmuan Islam klasik.
Pada akhir 1960-an hingga 1970-an, muncul gelombang baru pemikiran modern yang dikenal sebagai neomodernisme. Ini ditandai dengan kritik terhadap kelemahan gerakan pembaruan sebelumnya dan penawaran alternatif non-Barat untuk membangkitkan umat Islam dari ketertinggalan. Cak Nur, dalam seminar pada tahun 1970, mengemukakan pentingnya desakralisasi dan sekularisasi dalam konteks pemikiran Islam, yang memicu perdebatan sengit di kalangan intelektual Muslim.
- Nurcholish Madjid (Cak Nur)
Nurcholish Madjid, yang akrab dipanggil 'Cak Nur', lahir pada 17 Maret 1939 di Jombang, Jawa Timur. Ia adalah seorang pemikir Islam, cendekiawan, dan budayawan Indonesia yang dikenal sebagai salah satu tokoh penting dalam gerakan neomodernisme Islam di Indonesia.
Cak Nur lahir dalam keluarga yang memiliki latar belakang pendidikan agama yang kuat. Ayahnya, K.H. Abdul Madjid, adalah seorang kyai terkemuka yang berpengaruh di pesantren Tebuireng, yang didirikan oleh Hadratus Syaikh Hasyim Asy'ari, pendiri Nahdlatul Ulama (NU). Cak Nur dibesarkan dalam lingkungan pesantren dan menerima pendidikan agama sejak dini. Ia menempuh pendidikan dasar di Sekolah Rakyat dan melanjutkan ke Madrasah al-Wathaniyah yang dikelola oleh keluarganya sendiri.
Setelah menyelesaikan pendidikan di pesantren, Cak Nur melanjutkan studi ke Kulliyyat al-Mu'allim al-Islamiyyah (KMI) di Pondok Modern Gontor dan lulus pada tahun 1960. Kemudian, ia melanjutkan pendidikan tinggi di Universitas Chicago, Amerika Serikat, di mana ia meraih gelar doktor dalam bidang Studi Islam di bawah bimbingan Fazlur Rahman.
Cak Nur aktif dalam berbagai organisasi mahasiswa dan pernah menjabat sebagai Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) selama dua periode. Ia dikenal sebagai tokoh yang memperjuangkan modernisasi dalam Islam dengan mengusung gagasan-gagasan tentang toleransi, pluralisme, dan sekularisasi. Salah satu slogan terkenalnya adalah "Islam Yes, Partai Islam No," yang mendorong umat Islam untuk tidak terjebak dalam politik identitas sempit.
Selain itu, Cak Nur juga menjabat sebagai Rektor Universitas Paramadina di Jakarta dari tahun 1998 hingga wafatnya pada tahun 2005. Ia berkontribusi besar dalam pengembangan pemikiran Islam moderat dan sering menjadi pembicara dalam seminar-seminar internasional.
Pemikiran Nurcholish Madjid