Aku masih saja belum bisa memejamkan mata untuk beristirahat, bayang wanita itu seolah berputar terus difikiran ku. Mata yang indah, senyumnya yang manis, serta bentuk tubuh yang indah membuat semuanya tampak begitu sempurna dimata ku. Namun aku tetap tak bisa percaya dengan apa yang dikatakan nenek ku tadi, bahwa dia adalah cucu mbok darmi yang sekarang sedang tinggal dirumahnya.
"apa mungkin wanita itu yang menjadi buah bibir warga selama ini, tapi kenapa aku tidak melihat perutnya yang buncit jika memang ia sedang hamil, seperti yang dikatakan para warga kampung ku?"
Rasa penasaran ini semakin saja membesar, dan aku semakin dibuat bingung dengan kejadian yang ku alami. Ku pandangi guci antikyang kini ada dihadapan ku, dan aku mulai memegang kain penutup yang terikat kuat menyembunyikan isi didalamnya.
"mungkin ada sedikit petunjuk yang bisa aku dapat dari isi didalamnya". ucap ku dalam hati sambil perlahan ku buka kain putup guci itu.
***
Cahaya lampu yang sedikit remang, dan suara-suara jangkrik di luar jendela kamar ku membuat debaran jantung ku semakin cepat saat perlahan kain penutup guci itu terbuka dan mulai memperlihat kan isi didalamnya.
Perlahan dan pasti kukeluarkan satu-persatu isi yang ada dalam guci itu. Sebuah selendang, kotak perhiasan dan arloji tua, barang-barang yang kuharap memberi petunjuk siapa pemiliknya namun nihil yang kudapat. Saat kubuka kotak perhiasan itu, ternyata berisi sebuah cincin emas putih polos.
Ku letakkan ketiga benda itu dan kupandangi dengan seksama, aku mencoba untuk menerawang seolah aku lah pemilik benda-benda itu dan mencoba mencari alasan mengapa aku membuang barang-barang ini.
"mungkin aku telah kecewa, sehingga barang-barang yang menjadi kenangan ini aku buang?"