Lihat ke Halaman Asli

Bermain Sambil Belajar? Atau Belajar Sambil Bermain?

Diperbarui: 23 Juni 2015   21:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Dunia anak adalah dunia bermain, begitulah kata-kata yang sering terdengar, mengapa demikian? Kenapa bukannya belajar kok malah bermain? Bermain adalah kegiatan yang anak-anak lakukan sepanjang hari ,karena bagi anak bermain adalah hidup dan hidup adalah permainan. Anak usia dini tidak membedakan antara bermain, bekerja, dan belajar. Anak-anak umumnya sangat menikmati permainan dan akan terus melakukannya di manapun mereka memiliki kesempatan.

Pada dasarnya bermain memiliki tujuan utama yakni memelihara perkembangan atau pertumbuhan optimal anak usia dini melalui pendekatan bermain yang kreatif, interaktif, dan terintegrasi denga lingkungan bermain anak. Penekanana dari bermain adalah perkembangan krativitas anak-anak. Semua anak usia dini memiliki potensi kreatif tetapi perkembangan kreativitas sangat individual dan bervariasi antar anak yang satu dengan yang lainnya. Bermain bagi anak merupakan kegiatan yang dapat disamakan dengan bekerja pada orang dewasa. Bermain memiliki pengaruh yang sangat besar bagi anak.

Cosby dan Sawyer menyatakan bahwa permainan secara langsung mempengaruhi seluruh area perkembangan anak dengan memberikan kesempatan bagi anak untuk belajar tentang dirinya, orang lain, dan lingkungannya. Permainan memberikan kebebasan untuk berimajinasi, menggali potensi diri atau bakat, dan untuk berkreativitas. Motivasi bermain anak-anak muncul dari dalam mereka sendiri; mereka bermainuntuk menikmati aktivitas mereka, untuk merasakan bahwa mereka mampu,dan untuk menyempurnakan apa saja yang telah ia dapat baik yang telah mereka ketahui sebelumnya atau hal-hal baru.

Adapun jenis permainan yang dapat dikembangkan dalam program pembelajaran anak usia dini dapat digolongkan ke dalam bebrapa jenis permainan, yakni:

1.Bermain eksploratoris, bermain eksplorasi dapat memberi kesempatan anak menemukan hal-hal baru, membantu mengembangkan keterampilan, merangsang rasa ingin tahu, dan mendorong anak mempelajari keterampilan baru. Misalnya, berkeliling di lingkungan sekitar.

2.Bermain energetik, merupakan permainan yang melibatkan banyak energi. Permainan ini membantu anak menjadi penjelajah yang aktif di lingkungannya, membantu mengendalikan dan mengkoodinasikan tubuhnya. Misalnya, melompat, bermain bola, dan meamanjat.

3.Bermain keterampilan, bermain dengan keterampilan dapat membantu anak untuk menjadi pembangun, mengurangi keputusasaan, mengarah pada kebergunaan dan kemandirian, dan meningkatkan kepercayaan diri. Misalnya, membuat kereta balok, menyusun seuatu, dan mencocokkan gambar.

4.Bermain sosial, bermain sosial dapat dijadikan sebagi saran anak belajardari orang lain, mengembangkan kemampuan anak berkomunikasi, membuat anak lebih mampu bersosialisasi, dan mengembangkan persahabatan. Misalnya, ular tangga.

5.Bermain imajinatif, bermaian imajinatif bermanfaat untuk mengembangkan kemampuan berfikir, memahami orang lain, mengembangkan kreativitas, dan mengenali dirinya sendiri. Misalnya, bercerita dengan melihat gambar.

6.Bermain teka-teki, bermain teka-teki dapat mengembangkan kreativitas,rasa ingin tahu, dan kemandirian anak. Misalnya, bermain puzzle.

Selain jenis permainan di atas, menurut Lopes permainan kreatif dapat diklasifikasikan dalam:

1.Kreasi terhadap objek

2.Cerita bersambung

3.Permainan drama kreatif

4.Gerakan kreatif

5.Pertanyaan kreatif

Dari penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa untuk anak usia dini konsep bermain sangat penting dalam proses belajar mereka. Dengan bermain, berarti mereka sedang dalam proses belajar. Oleh karena itu, pemilihan jenis permainan harus benar-benar tepat agar pada saat mereka belajar mereka tidak merasa sedang ditekan untuk belajar tapi sedang bermain. Jadi, bermain sambil belajar atau belajar sambil bermain sama saja, sama-sama belajar dan sama-sama bermain.

Sumber: Sujiono, Yuliani Nurani. 2011. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT. Indeks

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline