Minggu 10 Oktober, Hari kesehatan mental sedunia, disebut juga World mental health day. Tahukah kita? Bahwa kita semua yang berjuang memperbaiki mental health itu hebat, karna sudah berjuang dan bertahan sampai ke titik ini melawan segala sesuatu yang sering kali membuat mental kita jatuh. Mulai dari trauma, trust issues, mental breakdown, anxiety, putus asa, insecure, kehilangan arah, merasa tak berharga dan tak pantas dicintai, merasa gagal memuaskan ekspektasi orang lain, serta masih banyak lagi yang lainnya.
Kita hebat bisa bertahan meski jatuh bangun, sedang banyak sekali orang sekitar yang tak peduli bahkan tanpa sadar menjatuhkan dan mengacak-ngacak mental kita. Di sisi lain berjuang menyembuhkan diri, satu sisi masih menahan terpaan tuntutan ekspektasi orang lain, bullyan & hinaan yang dibungkus secara apik sehingga terkesan sebagai lelucon yg wajar dilontarkan.
No matter what, sekuat dan sekencang apapun badai kecemasan yang datang, entah itu disebabkan oleh diri kita atau dari sesuatu di luar kita. Tetaplah bertahan, jangan sampai kita terbawa arus, terhempas, kemudian tenggelam. Jangan sampai kita kehilangan diri kita sendiri di tengah-tengah perjuangan menyembuhkan mental yang terombang ambing.
Satu hal yang pasti, sejelek apapun anggapan orang lain tentang diri kita, bahkan jika kita sendiri merasa diri kita tak pernah becus menjalani hidup, ingatlah bahwa kita tetap berharga. Tak ada manusia yang tak pernah gagal, tak ada manusia yang tak pernah berbuat salah, semua manusia pernah gagal. Namun bedanya ada yang memilih menyerah dan tenggelam dalam lautan keterpurukan yang tak bertepi. Ada juga yang memilih bangkit meski tau sakitnya bukan main, melawan mental diri sendiri yang naik turun, trauma yang seringkali menghantui, hilangnya kepercayaan diri. Sekaligus bersiap siaga agar tetap kuat menahan dan memperbaiki mental jika ada pengaruh buruk, anggapan negative, diremehkan, dianggap tak penting, dituntut untuk begini, begitu dan sebagainya.
Lelah, menghadapi diri, kemudian ditambah dengan lelah sebab diharuskan memenuhi ekspektasi orang lain. Kita inginnya begini, tapi terhalang oleh restu sosial hahahaha, sebenarnya kita ini hidup untuk diri kita atau untuk orang lain?! Sering sekali terjadi, di saat kita sudah benar-benar menciptakan mood yang baik dan mengusahakan diri untuk tetap positive serta tenang dalam menghadapi masalah. Di saat itu juga masalah dan pengaruh negative justru datang dari orang sekitar, sementara kita tidak bisa menghindar dari hal tersebut, yang bisa kita lakukan hanya menerima, tetap tenang dan kembali berjuang membersihkan diri dari energi buruk yang datang. Meski tau, hal itu tidak mudah, sabar dan tawakal kuncinya.
Kita adalah manusia-manusia yang jatuh kemudian bangkit! Disakiti lalu berhasil sembuh! Terjebak dalam rentetan trauma yang menyakitkan dan terus menghantui namun mampu dihalau walau jatuh bangun. Kecewa kemudian berangsur menjadi rela, marah lalu menjelma jadi sabar. Lalu apakah kita masih mau menyia-nyiakan diri yang terus-terusan berusaha berjuang untuk tetap bangkit disaat banyak hal yang ingin menjatuhkan?! Hey, bangun! Kamu terlalu berharga dan kamu pantas untuk bahagia.
Apapun yang terjadi kedepannya, tetaplah bertahan dan berjuang untuk kesembuhan diri. Kamu bertahan bukan untuk orang lain, melainkan kamu bertahan karna kamu berharga dan Tuhan mempunyai alasan kuat mengapa kamu terlahir di dunia ini Hidup dalam jeratan trauma masalalu yang tak berujung, tuntutan ekspektasi yang menggunung, itu semua bukan hal yang mudah. Maka bertahanlah sepahit apapun, agar segala pahit yang kini harus terpaksa ditelan akan menyembuhkan di kemudian hari. Dan kelak setelah semua pahit tertelan, kamu bisa menikmati semanis-manisnya hidup di waktu yang tepat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H