Lihat ke Halaman Asli

Belajar Menjaga Kelekatan pada Anak Melalui Film "Hope"

Diperbarui: 10 Oktober 2021   14:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Film "Hope"/Sumber: kumparan.com

Dalam beberapa hari terakhir, saya telah menemukan banyak berita tentang pemerkosaan dan pelecehan seksual. Sayangnya, para pelaku adalah anggota keluarga mereka sendiri. 

Sebagai unit terkecil dari masyarakat, keluarga memikul tanggung jawab utama bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. 

Ketika kebutuhan dasar anak terpenuhi, mereka akan mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, seperti kebutuhan fisik (sandang, pangan, papan) dan kebutuhan psikologis (berupa dukungan, perhatian, dan perawatan). 

Namun ironisnya, keluarga justru menjadi sumber ancaman dan kecemasan bagi anak-anak, karena anak seringkali mendapat perlakuan kasar dari keluarganya, terutama orang tuanya. 

"Sangat di sayangkan, apabila pelaku  adalah bagian dari anggota keluarga sendiri, karena seharusnya keluarga menjadi sosok pelindung utama"

Hubungan anak dengan orang tua merupakan sumber emosional dan kognitif bagi anak. Hubungan tersebut memberi kesempatan bagi anak untuk mengeksplorasi lingkungan maupun kehidupan sosial. 

Hubungan anak pada masa-masa awal dapat menjadi model dalam hubungan-hubungan selanjutnya. Hubungan awal ini dimulai sejak anak terlahir ke dunia, bahkan sebetulnya sudah dimulai sejak janin berada dalam kandungan (Sutcliffe,2002).

Belajar menjaga kelekatan anak pada film "Hope". Film Hope dengan judul lain adalah Wish adalah salah satu film Korea berdasarkan kisah nyata yang terjadi pada tahun 2008.  

Film ini menceritakan kehidupan sehari-hari SoWon, seorang gadis cantik berusia 8 tahun yang tinggal bersama orang tuanya. Ayah SoWon, DongHoon, bekerja di sebuah pabrik, sementara ibu SoWon, MiHee, menjalankan toko kelontong mereka di rumah setiap hari. MiHee saat ini sedang mengandung anak keduanya.

Orang tua SoWon begitu sibuk dengan pekerjaan sehingga SoWon tidak mendapatkan perhatian yang cukup, tetapi bukan kurangnya perhatian yang menjadi broken home, hanya saja SoWon lebih dewasa dan mandiri, untuk usia yang seharusnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline