Lihat ke Halaman Asli

Karimah

Penulis genre Moody

Minat Membaca Adalah Salah Satu Problematika Pembelajaran Bahasa Indonesia

Diperbarui: 18 Juli 2021   21:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Minat Membaca Adalah Salah Satu Problematika Pembelajaran Bahasa Indonesia

Karimah, S.Pd

Mahasiswi Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Malang

Pendidikan memiliki peran penting dalam mewujudkan pembangunan suatu bangsa. Pendidikan sebagai aspek kehidupan masyarakat yang bersifat primer di zaman ini. Kebutuhan masyarakat terhadap pendidikan formal meningkat sesuai dengan bertambahnya jumlah penduduk, sehingga kebutuhan akan fasilitas turut meningkat dari tahun ke tahun. Fasilitas yang memiliki standar untuk lingkup pendidikan formal, yaitu jenis pendidikan umum. Pada jenjang pendidikan dasar,Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), jenjang pendidikan menengah, Sekolah Menengah Pertama/ Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTS), dan Sekolah Menengah Atas/ Madrasah Aliyah (SMA/MA). Adapun setiap satuan pendidikan wajib memiliki prasarana untuk menunjang keberhasilan dalam proses belajar mengajar.

Kemajuan zaman menuntut generasi muda berprestasi tinggi, salah satunya dapat dilakukan dengan menumbuhkan minat belajar. Diawali melalui membaca, anak akan mendapatkan pengetahuan yang sebelumya belum pernah didapatkan. Membaca menjadi faktor utama dalam keberhasilan meraih prestasi, semakin pandai dalam membaca maka akan semakin pandai anak dalam proses belajar. Membaca merupakan salah satu unsur keterampilan siswa dalam pelajaran Bahasa Indonesia. Pelajaran Bahasa Indonesia merupakan salah satu pelajaran yang harus diberikan kepada paraa siswa di sekolah dari berbagai tingkatan. Pelajaran tersebut bertujuan agar siswa terampil dalam berbahasa. Pembelajaran membaca pada mata pelajaran bahasa Indonesia kelas VII di MTS Miftahul Ulum di salah satu desa yang terletak di Lumajang, Jawa Timur belum berhasil.

Permasalahan yang ditemukan di MTS Miftahul Ulum adalah siswa belum benar-benar lancar dalam membaca buku. Siswa belum benar-benar lancar dalam membaca buku dapat dilihat melalui kelas VII, atau kelas pertama pada tingkatan Menengah. Jumlah siswa dalam kelas adalah 30 siswa dengan 20 siswa yang lancar membaca bahasa Indonesia. Masing-masing siswa memiliki kelebihan dan kekurangan dalam kemampuan berbahasa, dan beberapa siswa lebih lancar membaca dalam bahasa Arab. Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional yang diharapkan meningkatkan kemampuan siswa untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, secara lisan maupun tulis.  Ketika siswa kurang lancar membaca dalam bahasa Indonesia, maka mereka kesulitan dalam mengemukakan pendapat isi materi serta mengembangkan kemampuan berbahasa. Siswa merasa lebih mudah berbicara meski dengan kosakata yang terbatas. Beberapa siswa lebih memilih mendengarkan sebagai kegiatan pembelajaran yang cocok.

Untuk kelas menengah yang melalui proses pembelajaran selama 6 tahun di SD/MI, dengan kemampuan membaca yang tidak lancar adalah suatu permasalahan yang serius dalam belajar bahasa. Bagaimana siswa yang tidak lancar membaca buku bahasa Indonesia melakukan aktivitas belajar lainnya seperti menulis, meyimak, dan mendengarkan. Selama pembelajaran Bahasa Indonesia berlangsung, siswa terlihat tidak dapat konsentrasi terhadap materi yang sedang dibahas seperti memahami ragam teks sastra dan nonsastra. Ketika guru memberikan kesempatan untuk siswa membaca dalam waktu 5 menit untuk mengemukakan pendapat maupun gagasannya dari apa yang telah dibaca, terdapat siswa yang melaksanakannya dengan baik, dan banyak siswa yang tidak melaksanakan dengan baik.

Faktor adanya permasalahan diatas adalah yang pertama, siswa terlihat kurang minat dan tertarik pada pelajaran bahasa Indonesia. Siswa menganggap bacaan dengan bahasa Indonesia mudah tanpa harus dipelajari dan pada akhirnya malas untuk membaca. Adapun membaca membutuhkan konsentrasi yang tinggi untuk menerima dan menguasai kosa kata baru yang tidak pernah diketahui sebelumnya. sehingga siswa cenderung menggunakan bahasa daerah di dalam kelas meski pembelajaran sedang berlangsung. Selain itu, fasilitas buku bacaan yang menarik menurut siswa masih minim. Sekolah yang sedang tidak memiliki perpustakaan, dan untuk buku bacaan yang minim tersebut diletakkan di masing-masing kelas. Adapun bacaan online yang diberikan guru untuk memanfaatkan keadaan pandemi saat ini belum diterima siswa. Faktor lainnya adalah kurang adanya dukungan lingkungan yakni keluarga untuk menaikkan minat anak dalam membaca. Siswa kurang minat membaca karena keadaan tingkat pendidikan orangtua khususnya ibu yang tergolong menengah kebawah. sdangkan anak lebih suka meniru apa yang orangtua lakukan. Ibu dengan tingkat pendidikan yang tinggi memilih membiasakan anaknya untuk gemar belajar seperti membuat mereka senang membaca. Sikap tersebut diperlihatkan di depan anak-anak dengan cara membaca buku cerita maupun ilmu pengetahuan. Adapun orangtua juga bisa memberi contoh dengan membaca Al Quran agar anak peduli dengan membaca.

Lingkungan tempat siswa MTS Miftahul Ulum merupakan lingkungan yang mayoritas agamis. Memiliki pekerjaan sebagai bercocok tanam atau petani yang tidak pernah menuntaskan pendidikan ke jenjang yang tinggi. Pola pikir tentang kehidupan yang merasa bahwa sbagai manusia wajib menuntut ilmu dan ilmu yang baik adalah ilmu akhirat sehingga banyak dari orangtua menyekolahkan anaknya di lembaga pendidikan agama. Oleh karena itu, Madrasah Tsanawiyah yang diteliti memiliki siswa dengan jumlah kurang lebih 80 siswa dengan 3 kelas. Jenjang sekolah menengah di daerah ini dibagi menjadi 2 yaitu Sekolah Menengah Pertama dan  Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTS). Siswa yang memiliki kesulitan membaca terkadang dapat dilihat dari lemahnya memori jangka pendek dan jangka panjang.

Didalam suatu pendidikan perlu adanya peran yang menjunjung keberhasilan siswa dalam menjalankan kewajibannya. Sebagai guru harus dapat mempersiapkan perencanaan pembelajaran yang sesuai dengan keadaan atau kondisi siswa. Guru harus bisa menyesuaikan antara materi pembelajaran dengan lingkungan siswa tinggal, karena dari hal tersebut dapat mengaplikasikan di dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran yang aktif adalah pembelajaran yang memerlukan keaktifan seluruh siswa dan guru secara fisik, mental, emosional, spiritual, dan moral. Guru dapat menggunakan teori belajar transaksional yaitu proses belajar yang bersifat timbal balik antara guru dan siswa. Guru membantu siswa kembali ke materi pelajaran yang sedang dipelajari dengan menghidupkan kembali maupun menikmati pengalaman siswa. Siswa akan lebih peka terhadap isu-isu dan perkembangan suatu karya yang pernah dibaca. Siswa latihan membaca secara utuh dari cerita yang dibuatnya sendiri.

Untuk membangkitkan minat membaca, guru harus memberikan motivasi kepada siswa untuk terus meningkatkan bacaannya. Guru mencoba berkomunikasi dengan orangtua siswa yang memiliki kesulitan membaca untuk memberikan semangat yang positif agar anak tersebut tidak minder dengan kemampuannya dan tetap ingin berusaha belajar. Anak tidak lancar membaca jika dipaksa ikut pembelajaran maka tidak akan bermanfaat sebaliknya anak merasa tertekan. Guru bias mengelompokkan 10 siswa kurang lancar membaca tersebut untuk ditangani dengan metode yang efektif dan meyenangkan yang sesuai gaya belajar siswa.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline