Suara sepatu orang berjalan terdengar diantara lorong kelas yang kosong. Mata itu adalah fokus perjalananannya setelah tempat persinggahan yakni kelas seni. Bayangannya, menjadi alasan dirinya hadir mengikuti kelas hari ini. Berbunga-bunga, adalah perasaanku yang sama dengan bajumu hari ini. Tak mudah mencarimu, namun tepat sekali aku tak pernah salah memanggilmu. Ini kisah tentang lika-liku perjuangan cinta yang tidak ada yang tahu akhirnya.
"Jam kedua, telah selesai. Dimohon untuk para pengajar meninggalkan kelas", bunyi bel elektronik sebagai pengingat jam kelas untuk mengganti mata kuliah atau tetap melanjutkannya.
Yura dan Febrian adalah mahasiswa seni dikampus kesenian di Jawa Timur Mereka adalah senior dan junior yang dipertemukan di kelas pintar melukis karena mereka memiliki kemampuan melukis yang unik dan indah. Yura adalah perempuan introvert yang kemana-mana selalu sendiri. Sedangkan Febrian meskipun introvert namun memiliki teman bernama Raffi dan Angga yang selalu ada untuknya. Terkecuali saat kelas pintar melukis karena, mereka tidak tergolong mahasiswa yang memiliki lukisan yang unik dan bagus.
Pagi hari itu, Yura berada di perpustakaan karena suasananya yang nyaman untuk menemani dirinya mengerjakan tugas. Dibalik jendela kaca perpustakaan, laki-laki itu sedang berdiri dengan tangan kiri buku gambar kanvas dengan pensil di tangan kanannya. Melukis objek perempuan yang sedang memakai blouse motif bunga-bunga yang sedang duduk namun mampu membuat ilustrasi dengan dengan jelas dan mirip sekali. Dengan jarak dari kejauhan, laki-laki itu kini sedang ditemani kedua temannya yang berisik dan menggangu fokus menggambar.
"Nampaknya ada pelanggan baru", tanya Angga menggoda.
"Bajunya bunga-bunga bro," jawab Raffi karena tidak sengaja melirik gambar Febrian.
"Beda daripada sebelumnya", balas Angga setelah mengetahui target temannya.
Febrian menyembunyikan diri dibalik buku gambar miliknya dan berlari karena tertangkap oleh Yura.
Senin pagi hari itu, suasana kelas seperti biasa selalu ramai. Bangku tengah barisan kedua dan dua bangku disamping kanannya selalu ditempati oleh 3 perempuan yang dikenal sebagai manusia retro. Pertama Ayu, perempuan modis yang pintar membedakan berbagai macam warna namun sulit melukis apabila tema telah ditentukan. Kedua, Fitri, perempuan yang mirip dengan artis Shireen Sungkar yang tempat duduknya di antara Ayu dan Aira karena memiliki ingatan yang paling tajam dan memiliki ciri khas yang sangat retro sekali, dan terakhir Aira mahasiswi yang mirip dengan Dian Sastro dikenal banyak oleh teman satu kelas dan angkatan. Selain dikenal karena memiliki paras yang mirip Dian Sastro, Aira memiliki kemampuan membuat lagu, bernyanyi dan selalu terlihat terbaik dalam berpakaian. Tak heran, banyak orang yang menyukainya. Sedangkan Aira sendiri sudah memiliki laki-laki yang dia inginan. Laki-laki tersebut adalah FebrianSelain mahir melukis, Febrian mahir memainkan alat musik. Pertama kalinya mereka bertemu saat class meeting berlangsung pada perlombaan musik.
Pukul 12.00, tepat waktu berakhirnya kelas melukis, beberapa mahasiswa keluar kelas secara bersaman. Yura tampak terburu-buru meninggalkan ruangan tersebut, dan Febrian diam-diam memperhatikannya sehingga tidak sempat merapikan alat melukis untuk di simpan di lemari kelas. Febrian mengikuti Yura namun kehilangan jejak dan mengira bahwa Yura pergi ke perpustakaan. Hampir satu jam Febrian mencari Yura disetiap sudut perpustakaan dan akhirnya menyerah. Febrian keluar dari ruangan perpustakaan tiba-tiba melihat bayangan Yura dari pantulan kaca. Menoleh dan mendapatkan Yura sedang jongkok menutupi mulutnya, tanpa berpikir panjang Febrian menghampirinya. Merasakan ada seseorang yang berdiri di depannya, Yura terdiam dan mendongkak.
"Kamu kenapa?", tanya Febrian.