Lihat ke Halaman Asli

hikma ulvia

Mahasiswa

Iklan, Gaya Hidup dan Perilaku Ekonomi

Diperbarui: 8 Desember 2023   16:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dalam jurnal Dwi Kartikawati Pengertian iklan Menurut Arens Iklan adalah informasi dari komunikasi nonpersonal yang dibentuk dan disusun, yang biasanya dibayar dan bersifat persuasif mengenai suatu produk (barang, jasa dan ide-ide) dengan sponsor melalui media yang bervariasi. Definisi iklan adalah pesan komunikasi pemasaran tentang suatu produk yang disampaikan lewat suatu media dan dibiayai oleh pemrakarsa yang dikenal, serta ditujukan kepada sebagian atau seluruh masyarakat. Televisi swasta telah membuat para pengiklan bahwa medium televisi adalah masih merupakan medium favorit untuk menayangkan iklan- iklan mereka. Selain itu iklan juga adalah sumber nafas kehidupan bagi televisi swasta. Tidak mengherankan maka setiap stasiun televisi saling berlomba-lomba untuk membuat acara yang unik dengan menyesuaikan selera pasar yang ada .[1]

 

Dalam jurnal Maharina Nursaif dkk, mengatakan sikap terhadap iklan merupakan kencenderungan dari suatu individu dalam mengembangkan persepsi mereka mengenai kelebihan ataupun kekurangan sebuah iklan bagi individu tersebut ataupun bagi masyarakat. Sikap iklan juga merupakan kecenderungan respon yang menyenangkan atau tidak menyenangkan terhadap iklan secara umum. Keterikatan terhadap diperkenalkan pertama kali oleh sebagai keadaan kognitif ketika suatu individu terlibat secara intensif dalam suatu aktivitas dengan memandang bahwa tidak ada hal yang lebih penting dibandingkan dengan aktivitas tersebut. Flow experience merupakan suatu kondisi ketika konsumen berkonsentrasi terhadap pesan dalam iklan untuk memeroleh informasi dari produk, sehingga konsumen akan mencerna pesan dalam iklan dengan fokus dan mengabaikan hal-hal lain yang tidak berkaitan dengan iklan.[2]

 

Selanjutnya dalam jurnal utama oleh Debora Anggreani dan Sentot Suciarto dikatakan perilaku ekonomi pembelian impulsif atau unplanned purchase adalah perilaku dimana seseorang tidak merencanakan suatu pembelian terhadap suatu barang tertentu dalam berbelanja. Konsumen langsung melakukan pembelian dengan alasan ketertarikan akan merek atau produk pada saat itu juga. Faktor yang mempengaruhi terjadinya pembelian impulsif menurut Prastia adalah gaya-hidup berbelanja, keterlibatan fashion, dan perilaku hedonik. 

Gaya hidup berbelanja dapat dipengaruhi dari faktor -- faktor menarik yang ditawarkan, seperti: promosi, diskon, harga murah, iklan, model terbaru. Kegiatan berbelanja seringkali menjadikan seseorang memiliki kecenderungan hedonisme. Menurut Kosyu alasan seseorang memiliki perilaku hedonik adalah karena banyaknya kebutuhan yang tidak dapat terpenuhi sebelumnya, kemudian setelah kebutuhan tersebut terpenuhi, muncul lagi kebutuhan yang baru dan terkadang kebutuhan tersebut lebih prioritas dari kebutuhan yang sebelumnya dan dengan adanya pemenuhan tersebut akan muncul kepuasan dan rasa senang yang dirasakan oleh seseorang tersebut.[3]

 

Kemudian dalam jurnal Intan Kurniasari dan Ladi Wajuba mengatakan dengan adanya keuntungan yang diberikan oleh shopee paylatter dapat membuat perubahan pada perilaku berbelanja. Kotler dan Armstrong menyatakan bahwa terdapat lima indikator yang dapat mempengaruhi perilaku pembelian konsumen, yaitu: budaya, faktor sosial, faktor pribadi, faktor psikologis, dan persepsi. Dalam jurnal ini juga mengatakan bahwa Gaya hidup berbeda dengan cara hidup. Cara hidup diperlihatkan dengan karakteristik semacam ritual, norma, ataupun pola tatanan sosial. Sedangkan gaya hidup digambarkan dengan apa yang dipakai individu, apa yang diipakai dan juga bagaimana individu tersebut berperilaku dan bertemu dengan orang lain. 

Berbekal dari gagasan tokoh sosiologi Thorstain Veblen perihal leissure class yang merupakan waktu luang menjabarkan tentang tingkah laku individu saat menggunakan waktu luang. Waktu luang tersebut diartikan seperti suatu hal yang negatif yaitu seperti kelas pemboros yang banyak menggunakan uang untuk memenuhi hasratnya untuk mengisi waktu luang. Faktor-faktor gaya hidup yang dijabarkan oleh Bourdieu antara lain faktor internal yang berupa sikap, pengalaman, kepribadian, konsep diri, motif dan persepsi. Sedangkan faktor eksternalnya meliputi referensi, keluarga, kelas sosial, dan kebudayaan.[4]

 

Dalam jurnal Nuri Luluk dkk Tjiptono mengatakan iklan merupakan bentuk komunikasi tidak langsung, yang didasar pada informasi tentang keunggulan dan keuntungan suatu produk. Strategi dalam periklanan adalah menyeleksi media periklanan. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline