Lihat ke Halaman Asli

hikarunailil

Mahasiswa

Berkebun di Atap menjadi Solusi Alternatif dan Kreatif di Tengah Kepadatan Kota

Diperbarui: 29 Desember 2024   10:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Di tengah hiruk-pikuk kawasan padat penduduk, ruang hijau menjadi kemewahan yang sulit dimiliki. Sebagian besar lahan telah diubah menjadi permukiman, jalan, atau fasilitas umum. Namun, kreativitas warga yang tinggal di lingkungan padat penduduk membuktikan bahwa keterbatasan bukanlah penghalang untuk menciptakan perubahan. Salah satu inovasi populer yang muncul adalah berkebun di atap rumah. Meski terlihat sederhana dan tampak tidak menjanjikan, langkah ini justru mampu memberikan manfaat besar, baik untuk lingkungan sekitar maupun peningkatan kualitas hidup masyarakat.

Kawasan tempat tinggal saya adalah salah satu contoh nyata dari inovasi ini. Terletak di lingkungan yang padat, hampir semua rumah berdiri berdekatan dengan hanya sedikit ruang terbuka di antaranya. Para tetangga memanfaatkan atap rumah mereka untuk menanam berbagai jenis tanaman. Hal ini mereka lakukan karena keterbatasan lahan kosong di permukaan tanah. Atap-atap yang dulunya kosong kini berubah menjadi area hijau kecil yang penuh kehidupan, menghadirkan nuansa segar di tengah lingkungan yang sebelumnya didominasi oleh beton.

Fenomena ini bukan hanya sekadar tren lokal. Menurut data dari Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), urban farming, termasuk berkebun di atap, telah menjadi salah satu solusi penting dalam menghadapi krisis lahan dan pangan di perkotaan. Selain itu, laporan dari Program Lingkungan Hidup PBB (UNEP) menunjukkan bahwa kebun atap berkontribusi dalam mengurangi efek pulau panas perkotaan (urban heat island), yaitu kondisi di mana suhu di kota-kota besar menjadi lebih panas karena minimnya vegetasi dan dominasi beton.

Manfaat lain dari berkebun di atap adalah dampaknya pada kesehatan mental. Banyak penelitian menyebutkan bahwa interaksi dengan tanaman dapat membantu mengurangi stres dan meningkatkan kesehatan mental secara signifikan. Kegiatan ini memberikan rasa tenang, terutama bagi masyarakat perkotaan yang sering kali dihadapkan pada tekanan pekerjaan dan rutinitas yang monoton. Di tengah segala tuntutan hidup yang serba cepat, berkebun menjadi pelarian yang sehat sekaligus produktif. Bahkan, beberapa tetangga saya mengaku merasa lebih bahagia setelah memulai kebiasaan ini, terutama saat panen pertama mereka berhasil.

Selain manfaat kesehatan, berkebun di atap juga memberikan manfaat ekonomi. Bagi masyarakat di kawasan padat penduduk, kebun atap bukan hanya sekadar hobi, tetapi juga solusi nyata untuk mengatasi berbagai permasalahan. Selain menyediakan sumber pangan mandiri, kegiatan ini membantu mengurangi pengeluaran rumah tangga. Misalnya, hasil panen dari kebun atap dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari, seperti sayuran segar, yang kualitasnya bahkan lebih baik daripada yang dijual di pasar. Hal ini menjadi nilai tambah yang signifikan bagi keluarga yang mencoba berkebun, karena selain memberikan manfaat ekonomi, kegiatan ini juga meningkatkan kualitas gizi keluarga.

Di negara lain, urban farming sudah menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat. Contohnya, Singapura memanfaatkan atap gedung untuk menanam sayuran skala besar yang langsung didistribusikan ke pasar lokal. Selain itu, kota New York memiliki kebun atap terbesar di dunia, yaitu Brooklyn Grange, yang tidak hanya menghasilkan sayuran organik tetapi juga menjadi pusat edukasi lingkungan. Menariknya, Brooklyn Grange juga menjadi tempat pertemuan komunitas, yang mengadakan lokakarya tentang pertanian perkotaan, memasak, hingga pengelolaan limbah organik.

Di Indonesia, beberapa daerah mulai mengembangkan program serupa. Misalnya, Kampung Hijau di Surabaya berhasil mengintegrasikan kegiatan berkebun dengan edukasi lingkungan. Selain menghasilkan tanaman pangan, kebun atap juga membantu menyerap panas, sehingga dapat mengurangi suhu lingkungan sekitar, terutama di daerah beriklim panas. Kampung-kampung seperti ini menjadi bukti nyata bahwa urban farming dapat diadopsi oleh masyarakat lokal dengan biaya yang terjangkau dan dampak yang luar biasa.

Namun, seperti inovasi lain, berkebun di atap juga menghadapi tantangan. Salah satu kendala utamanya adalah keamanan struktur bangunan. Tidak semua atap rumah dirancang untuk menampung beban tambahan dari tanah, pot, dan air. Oleh karena itu, perencanaan yang matang sangat diperlukan. Pemilik rumah perlu memastikan bahwa atap mereka cukup kuat, menggunakan metode bercocok tanam modern seperti hidroponik, yang lebih ringan dan efisien.

Selain itu, tantangan lainnya adalah kurangnya pengetahuan masyarakat tentang cara berkebun di ruang terbatas. Banyak orang mungkin merasa berkebun itu sulit atau mahal, padahal dengan pendekatan sederhana, seperti memanfaatkan barang bekas sebagai pot dan menggunakan kompos alami, siapa saja sebenarnya bisa memulai. Untuk mengatasi kendala ini, komunitas lokal dapat berperan besar dengan menyediakan pelatihan berkebun yang mudah dipahami oleh masyarakat umum.

Untuk mendukung gerakan ini, pemerintah juga dapat berperan dengan memberikan insentif, seperti subsidi alat bercocok tanam atau penyediaan bibit tanaman secara gratis. Selain itu, kebijakan yang mendorong pengelolaan ruang terbuka hijau di kawasan perkotaan bisa menjadi langkah strategis untuk mempromosikan urban farming sebagai gaya hidup masyarakat modern.

Lebih dari itu, kebun atap memberikan harapan bagi kota-kota besar untuk menjadi lebih hijau dan berkelanjutan. Dalam jangka panjang, urban farming dapat membantu mengurangi ketergantungan pada bahan pangan impor dan memperkuat ketahanan pangan nasional. Dengan pertumbuhan populasi yang terus meningkat, langkah-langkah kecil seperti ini menjadi bagian penting dari solusi global untuk menghadapi perubahan iklim dan kelangkaan sumber daya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline