Penderitaanku adalah bayangan gelap bagi dirimu, saat kesetiaan menjadi alasan untuk mencampakkanku! Aku takkan lari dari cintamu yang selalu memasungku.
Apa yang Anda pikirkan dengan untaian kalimat tersebut? Sebuah ungkapan hati tentang cinta, bukan? Tentu cinta antar lawan jenis, yang pastinya bukan dilakukan oleh anak-anak.
Namun ternyata, untaian kalimat puitis tersebut terpampang pada kartu mainan anak-anak. Pada kartu tersebut, anak-anak akan menggosok bagian yang hitam, sehingga bila telah tergosok sempurna, akan muncullah gambar-gambar yang disukai anak-anak, berupa tokoh-tokoh animasi anak-anak, seperti princess, shaun the sheep, angry bird, dll. Sedangkan pada bagian lain dari kartu tersebut, terdapat tulisan-tulisan yang sungguh jauh dari dunia anak-anak. Selain kalimat-kalimat puitis seperti contoh di atas, yang terbanyak adalah kalimat-kalimat gombal yang akhir-akhir ini marak hadir di layar kaca. Semisal:
Tolong dong, aku tersesat nggak bisa keluar.
Emang kamu di mana?
Di hatimu!
Kamu anaknya nakhoda ya?
Bukan!
Tapi kok aku selalu ingin berlabuh di hatimu, ya?
Mainan kartu tersebut dijual dengan target anak-anak SD bahkan TK. Abang-abang pedagangnya sih tidak tahu apa-apa. Tapi sebagai orangtua dan pendidik putra-putri kita, tentu kita miris melihat pemandangan ini. Dunia anak-anak dicemari oleh hal-hal yang belum waktunya mereka ketahui. Beberapa anak yang kebetulan saya lihat sedang asyik membaca kalimat-kalimat di balik kartu bergambar tersebut, tampak tertawa-tawa sambil menirukan ulang kalimat itu.
Saya jadi berpikir, mengapa kreator kartu tersebut tidak menuliskan saja quote-quote motivasi yang cocok bagi anak-anak, petikan pengetahuan, fakta ilmiah, informasi sejarah nasional maupun dunia, atau teka-teki yang mengasah imajinasi. Anak-anak yang sehat, akan menyerap informasi dengan baik. Maka akan sangat bermanfaat bila mainan bagi mereka, selain bersifat imajinatif dan kreatif, juga informatif. Dalam hal ini, informasi yang aman dan sehat sesuai tahap perkembangan usia anak-anak.
Sangat disayangkan, dunia anak-anak yang ceria, yang seyogianya dipenuhi dengan canda tawa khas anak, mengalami pergeseran. Mereka tertawa-tawa ketika melihat seorang anak laki-laki dengan gaya yang dibuat-buat seperti playboy cap kodok, mengutarakan kalimat-kalimat gombal kepada seorang teman perempuannya. Dan si anak perempuan, tersipu malu selayaknya gadis remaja yang tengah dirayu pria idamannya.
Anak-anak menjadi cepat dewasa sebelum waktunya. Seperti halnya buah-buahan yang dipaksa matang dengan dikarbit, demikian pula kondisi anak-anak kita. Mereka digempur oleh hal-hal yang seharusnya bukan konsumsi mereka. Seperti buah, yang matang sempurna secara alami akan berbeda hasilnya dengan buah yang matang dengan dikarbit.
Proses kedewasaan anak karbitan acap tidak berbanding lurus dengan kematangan pola pikirnya. Mereka bercinta-cintaan dengan tingkah kekanak-kanakan. Yang lebih bahaya lagi, anak-anak terprovokasi melakukan hal-hal yang hanya boleh dilakukan oleh orang dewasa.
Tugas kita sebagai orang tua, mengawal anak-anak agar mereka tumbuh berkembang, menjadi matang sesuai usianya. Matang pada waktunya. Bukan dengan menjauhkan mereka agar steril dari berbagai pengaruh buruk yang gencar mengepung, namun memberikan proteksi berupa pemahaman sejak dini tentang hal-hal yang boleh dikonsumsi dan yang tidak boleh. Anak-anak harus dibimbing dengan baik agar terhindar dari proses pengkarbitan. Maka, sebagai orangtua, jangan lengah, waspadalah!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H