Lihat ke Halaman Asli

Higienis Indonesia

Spesialis solusi kesehatan udara

Panduan Tingkat Kelembaban Ideal

Diperbarui: 19 April 2021   16:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mengetahui tingkat kelembaban yang ideal untuk kesehatan (Sumber : timothy eberly via unsplash.com)

Sehat dan Nyaman dengan Tingkat Kelembaban Ideal

Udara berkualitas bukan sekedar bersih dan bersuhu nyaman. Tingkat kelembaban udara yang tepat juga penting bagi kenyamanan dan kesehatan kita. Tanpa terlihat secara kasat mata, uap air ada di sekitar kita. 

Banyaknya uap air mempengaruhi tingkat kelembaban di udara. Di negara-negara tropis seperti di Indonesia, tingkat kelembaban pada umumnya relatif tinggi, dengan suhu yang relatif konstan, tingkat kelembaban tidak banyak mengalami perubahan sepanjang tahun. Perubahan drastis biasanya terjadi pada saat memasuki musim hujan dan musim kemarau.

Berbeda dengan di luar ruangan (outdoor), tingkat kelembaban di dalam ruangan lebih mudah berubah, tergantung dari aktivitas yang dilakukan. Sebagai contoh, kegiatan mandi dan mencuci akan membuat tingkat kelembaban di dalam ruangan menjadi tinggi. 

Sementara kegiatan lain yang tidak menggunakan air dan dilakukan di ruangan ber-AC akan membuat ruangan menjadi kering karena sifat dari udara dingin yang hanya dapat menampung sedikit uap air. Idealnya, kelembaban udara harus dijaga dalam kisaran 45%-64% (RH).

Bagaimana agar kita dapat mengetahui jika kelembaban udara terlampau tinggi atau rendah? Secara umum ada beberapa indikator, yaitu dari yang tampak oleh mata (jamur pada tembok, cat tembok yang mengelupas), dari yang terasa oleh kulit (kulit berkeringat atau kering bersisik), dan yang paling akurat adalah dengan bantuan alat pengukur tingkat kelembaban, yaitu hygrometer

Para ahli kesehatan merekomendasikan tingkat kelembaban udara (atau yang disebut dengan Relative Humidity -- RH) pada kisaran 45% - 65%, sebagai tingkat yang ideal.

Bila kelembaban udara di dalam ruangan di atas 65% (RH), maka virus, jamur, tungau, lumut, dan bakteri yang menjadi pemicu alergi bagi penderita asma akan bertumbuh dengan pesat. Serangga dan kecoa juga dapat berkembang biak lebih pesat di tempat yang lembab. 

Sebaliknya, jika kelembaban di bawah 45% (RH), maka kulit, tenggorokan, mata menjadi kering dan gatal, saluran udara dan membran mukosa yang berfungsi sebagai pembatas natural terhadap penyakit juga menjadi kering sehingga tubuh kita lebih rentan terhadap penyakit. Selain itu, di tempat yang kelebaban rendah, virus influenza dapat bertahan hidup lebih lama.

Naik atau turunnya tingkat kelembaban bisa bersumber dari luar maupun dalam rumah. Perubahan cuaca seperti musim hujan dapat menaikkan kelembaban di dalam rumah. 

Aktivitas sehari-hari dari empat orang anggota keluarga seperti mandi, mencuci, memasak dan bernapas bisa menambah sebanyak 12 gelas air ke udara. Sebaliknya, lokasi rumah yang sering terpapar sinar matahari, menggunakan penghangat ruangan, oven untuk memasak, dan AC dapat mengakibatkan udara di dalam ruangan menjadi kering.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline