Lihat ke Halaman Asli

Memukul Lebih Mudah Ketimbang Memegang Pensil

Diperbarui: 26 Juni 2015   15:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Lagi asyik-asyiknya menghilangkan penat dengan bermain game shooter, keponakan yang bungsu berusia 6 tahun diam-diam mengintip dari belakang gorden pintu kamar umi-nya. Aduh! Padahal yang sedang saya kerjakan ini bukan konsumsi untuk anak seusianya. Apalagi penuh adegan kekerasan yang tak patut dilihat.

Keesokan harinya si bungsu sibuk loncat-loncatan sambil memegang bantal guling kecilnya menirukan apa yang dia lihat dari PC saya. Coba kalau disuruh makan atau mencuci kaki sehabis main di pekarangan rumah, pasti susah."

Ilustrasi diatas pasti sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Anak-anak seusianya lebih mudah meniru hal-hal yang menurut mereka atraktif dan keren.

Katakanlah memukul dengan kekuatan penuh dan menimbulkan suara "bug!", atau meloncat menirukan naruto dan spiderman, pasti lebih menarik dari pada mencuci kaki dan belajar memegang pensil.

Bapak saya pernah bilang:

"Saya merokok dan sebagian saudara kamu di rumah ini perokok, tapi bapak nggak pernah ngajarin. Bapak sering ikut bantu ibu kamu mencuci pakaian, tapi saudaramu sampai sekarang masih nitip cucian."

Ada benarnya juga. Saya sering teringat jika dulu saat seusia keponakan saya lebih suka meniru Ksatria Baja Hitam ketimbang yang saya baca atau dengar. Jangan ditanya apakah pernah sesekali meniru bapak yang sedang asyik membaca koran. Lebih mudah meniru isi tayangan televisi dan gambar komik ketimbang mengenal huruf vokal dan konsonan.

Semua hal dalam pendidikan karakter harus dilakukan berulang-ulang tidak cukup hanya sekali. Beda halnya dengan menjadi seorang perokok atau preman kampung. Saya yakin tidak ada kelas khusus "Menghisap Rokok Khusus Pemula" atau "Kursus Malak + Nonjok Expert".

Jika diingat-ingat apa yang pernah saya pelajari dibangku sekolah dulu dari pelajaran Sosiologi, bahwa individu dalam masyarakat berperilaku dengan beberapa pola:

  1. Sugesti, bahwa apa yang berkembang dan menjadi nilai umum di ranah publik mempengaruhi tingkah laku atau cara pandang seseorang.
  2. Identifikasi, seseorang akan berperilaku dengan mengenal keadaan diri/lingkungan hidupnya.
  3. Imitasi, seorang individu berperilaku dan hidup sesuai figur yang menjadi idola - dengan kata lain meniru.
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline