Lihat ke Halaman Asli

Pedurenan

Diperbarui: 6 April 2022   07:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

PEDURENAN

 

BAB-1

Lapangan tanah yang becekakibat hujan deras tadi siang, sangat deras sehingga membua genangan air kotor penuh tanah di pojok gawang yan berada di seberang jalan raya. Namun tekad kesebelasan kami jangan ditanya. Badai pun kami lalui demi menggiring si kulit bundar dan memasukannya ke gawang kampung lawan. Kampung kami, pedurenan, memang jagonya dalam sepakbola. Kampung sebelah, Pamahan? Yapidh?  Atau bahkan Legok? Sangat bosan kawan bermain dengan mereka.

 Dari antara 4 kampung yang pernah aku temui di daerahku, kampungku lah yang menyabet jumlah kemenangan terbanyak. Andai saja ada liga anak-anak antar kampung, pasti kampungku meraih posisi puncak dengan perolehan poin yang susah dikejar. Ahhh...... hanya angan-angan anak kampung saja. Panas terik, gerimis, hingga hujan lebat pun tak dapat membuat kami berhenti bermain sepakbola. Hanya Adzan Maghrib dan omelan emak saja yang membuat kami selesai bermain. Karena bermain di lapangan tanah yang becek, hampir setiap hari aku pulang ke rumah lewat pintu belakang, karna tau sendiri akibatnya kalau ketahuan sama emak, bisa repot urusannya.

Selasa sore itu, seperti biasa aku langsung mengmbil bola di halaman belakang rumahku dan langsung pergi ke bale di samping lapangan. Menyiapkan diri untuk melawan tim mana saja yang ingin dilawan. Memang kami sangat sering meraih hasil positif, namun sebagai anak yang baik kami pun tetap menjaga attitude dengan tetap menghormati lawan kami, oleh sebab itu kami tetap disenangi oleh lawan kami yang menjalin persahabatan baik dengan kami. Kecuali mereka keras kepala dan tidak terima kalah dengan mengejek, lain lagi urusannya.

Namun, semakin lama semakin bosan dengan lawan yang itu itu saja. "Cape gua, hari ini panas nya ga karuan."  kataku setelah bertnding di panas terik.

"iya sih, api lu pada ngerasa bosen ga sih ngelawan tim yang itu-itu mulu?"  kata Ipan dengan logat betawi nya.

"Nahhhh, baru gua mau ngomong kalo gua juga bosen lawannya itu-itu aja terus, gimana kalo nani gua Tanya temen gua yang jago nih. Tapi badan mereka besar-besar semua dan tendangannya keras-keras dan mainnya lumayan kasar. Mau gak?"  Tomy menyahut sambil memberi saran.

"Gass aja sih, lumayan dapet lawan tanding yang agak berbeda dikit."  kataku dengan setuju.

"Oke ntar gua chat habis itu gua kabarin besok." Kata Tomy

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline