Lihat ke Halaman Asli

Hidup Sehat

Mari kita hidup sehat

Obat Hormon Trigger Kanker Payudara

Diperbarui: 28 Mei 2019   09:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Bismillah..

Saya menjalani hidup sehat terutama pemilihan makanan, meskipun belum rutin olah raga, tapi paling tidak saya tidak merokok dan minum alkohol. Saya menikah sudah kurang lebih 4 tahun dan belum juga mempunya keturunan, ikhitar sudah dijalankan tetapi saya dan suami mencoba ke dokter di Kuala Lumpur di akhir tahun 2015. 

Riwayat kesehatan saya yaitu saya mempunyai hormon estrogen berlebih, di usia 31 tahun masih tumbuh jerawat, dan yang lebih menyiksa ada #endometriosis kanan dan kiri.

Di tahun 2010 saya mencoba berobat menghilangkan endometriosis, saya diberikan pil KB oleh seorang dokter Gynecolog di RS Puri Cinere, dan diberikan obat oleh Prof di RS Brawijaya, dan di tahun 2013 saya sudah menjalankan #laparascopy di RS Bunda Menteng dengan Prof. Wahyu, lalu lanjut suntik #Tapros selama 3 bulan.

Setelah selesai tapros, saya konsul dengan putra dari Prof Wahyu yang juga ikut dalam proses laparascopy, beliau memberikan obat hormon agar sel telur banyak sehingga kemungkinan dibuahi besar.

Lalu di akhir tahun 2015, saya dan suami ikhtiar ke dokter di Kuala Lumpur atas rekomendasi dari teman, saya dikasih lagi #obathormon, padahal pada saat di USG, kondisi sel telur saya normal dan dokter tersebut tahu kondisi saya yang ada endometriosis, yaitu berarti kondisi #hormon saya berlebih. 

Saya diberikan obat untuk 3 bulan, di bulan pertama hanya minum 3 tablet, kalau belum hamil minum dibulan kedua dengan dosis yang sama. Saya minum di akhir December 2015 dan di Januari 2016 menstruasi saya telat, saya harus bepergian ke KL untuk urusan pekerjaan, oleh karena itu saya melakukan test pack, hasilnya negatif tapi saya bingung kok belum menstruasi, akhirnya saya minum obat ke-2 di bulan Januari ( bulan ke-2 ).

Perut saya sakitnya luar biasa sampai ada bercak darah, lalu kami putuskan ke Prof Moegni di RS Bunda Menteng, di USG oleh beliau dan saya ceritakan kronologi nya, beliau bilang tidak boleh konsumsi #obathormon ini tanpa pengawasan dokter, sel telur saya banyak dan besar nya diluar normal, itulah yang menyebabkan perut saya sakit sekali, akhirnya saya diberi resep obat penurun #hormon yang harus diminum dalam 3 hari. Selesai  sakit di perut saya, rasanya pingin complain ke dokter yang di KL tapi ya sudahlah yang penting saya sehat.

October 2016, satu tahun kurang dari saya konsumsi obat hormon, dada kiri saya terasa sakit, saya tanya dengan akupunkturis langganan apakah Fungsi organ Jantung yang baik, beliau jawab tidak ada masalah dengan fungsi organ jantung saya, dan saya jarang meraba area payudara saya.

Hingga di hari Sabtu saya meraba bagian dada kiri saya, ternyata ada benjolan sekitar 1 cm, ternyata ini penyebab dada suka berasa tidak enak, kaget tapi saya berusaha positive thinking, mungkin hanya tumor jinak. Kami datangi RS Pondok Indah dengan dokter bedah, beliau bilang tidak apa-apa hanya pembengkakan karena hormonal, tapi saya cari 2nd opinion ke RS di Rawamangun, begitu di USG dan di lihat diagnosa nya, dokter tersebut bilang ini ada kemungkinan ganas dan harus segera di operasi ( December 2016 )

Awal tahun 2017 saya ke Jakarta Breast Cancer, disana saya dirujuk ke Prof di menteng untuk di Biopsi, dan hasilnya karsinoma ( cancer ), karena takut di operasi, saya coba ke salah satu dokter herbal di Serpong, biaya cukup mahal, IDR 4.000.000 setiap bulan, saya ikhtiar dari Januari 2017 - July 2017 tetapi benjolan tidak mengecil malah membesar dan semakin sakit.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline