Lihat ke Halaman Asli

Membaca Johan Wahyudi, teringat Kidung Kalabendu

Diperbarui: 26 Juni 2015   06:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Membaca posting Bapak Johan Wahyudi yang mengisahkan  rekan gurunya di JT yang dimutasi oleh sebab menolak ajakan pimpinan untuk berperilaku tidak jujur sewaktu ujian.

Bu Eni, sejawat pak Johan itu dengan tegas menolak ajakan  karena bertentangan dengan nuraninya sebagai pendidik.  Biarlah anak didik berusaha mandiri dan jujur meskipun nantinya berdampak kurang baik, demikian katanya.

Tiba2 saja saya teringat Ki Ronggowarsito. Dan anda pasti sudah sering dengar tentang kidung yang di tulis ki Ronggo beberapa abad yang lalu.  Kidung Kalabendu.

Kidung yang sangat menarik. 'Ramalan" beliau telah menjadi nyata kini...

Namun maaf, sebagai teman baru anda, saya berusaha 'sedikit' nakal dengan memberi anda PR;

Silahkan telusuri kidung, dan teliti apakah benar apa yang disebut ki Ronggo telah manifes dalam kehidupan kita...

Inilah terjemahan saya ala kadarnya.

"Kidung Kalabendu"

Kelak bila sudah ada kereta tanpa kuda
Tanah Jawa berkalung besi
perahu berjalan di atas awang awang(udara)
Sungai keholangan kedalamannya
pasar hilang keberadaannya
itu tanda datangnya jaman jayabaya sudah dekat

bumi main lama makin menkerut
sejengkal tanah bumi diambil pajaknya
kuda doyan makan sambel
perempuan menggunakan pakaian lelaki
itu tandanya orang akan menemukan terbaliknya masa/jaman
banyak janji tidak di tepati
banyak orang berani melanggar sumpahnya sendiri
manusia senang berbuat salah
tidak mengindahkan hukum Allah
barang jahat diangkat angkat
barang suci dibenci
banyak manusia hanya mengutamakan uang
lupa kepada kemanusiaan
lupa kepada kebaikan
lupa keluarga lupa saudara
banyak bapak lupa anak
banyak anak berani melawan ibu
nantang bapak
saudara  melakukan khianat
kelaurga bercuriga
kawan jadi musuh
banyak manusai lupa asalnya
hukuman penguasa tidak adil
banyak pangkat yang jahat dan ganjil
banyak perilaku yang ganjil
orang baik baik tersudutkan
banyak orang bekerja baik baik merasa malu
lebih utama ngapusi/ berbohong
tidak mau bekerja keras
ingin hidup mewah
mengumbar nafsu angkara murka, membesarkan edurhakaan
orang benar termangu mangu
orang salah bersenag hati
orang baik ditolak tolak
orang jahat naik pangkat
orang yang agung tersinggung
orang jelek dipuja
perempuan hilang malunya
lelaki hilang perwiranya
banyak lelaki tidak punya istri
banyak perempuan tidak setia terhadap suami
banyak ibu menjual anaknya
banyak perempuan menjual badannya
banyak orang bertukar pasangannya
perempuan naik kuda
lelaki duduk di plagki
Randha seuang loro.
Prawan seaga lima.
Dudha pincang laku sembilan uang.
banyak orang menjual ilmu
banyak orang mengaku ngaku
luarnya putih dalamnya merah
mengaku suci, tapi sucinya palsu
akeh bujuk akeh lojo
banyak hujan salah musim
akeh prawan tua
banyak janda melahirkan anak
banyak bayi lahir mencari ayahnya
agama banyak yang nantang
perikemanusiaanmakin hilang
rumah suci(ibadah) dibenci
rumah kejelekan (maksiat) dipuja
perempuan pelacur dimana mana
banyak laknat
banyak penghianat
anak makan bapak
saudara makan saudara
teman jadi musuh
guru disatru/ dilawan
tetangga saling curiga
disana sin makin angkara murka
yang tahu kebubuh
yang tidak tahu ketutuh
kelak bila ada peperangan
datang dari timur, barat, selatan dan utara
banyak orang baik makin sengsara
orang jahat makin senang
waktu itu banyak dandang disebut kuntul
orang salah dianggap benar
pengkhianat nikmat
kejahatan makin sempurna
orang jahat naik pangkat
orang lugu terbelenggu
orang mulia dipenjara
yang curang garang
pedagang banyak yang keplarang
orang main (judi) makin jadi
banyak barang haram
banyak anak haram
perempuan melamar lelaki
lelaki merendahkan derajatnya sendiri
banyak barang barang ditimbun
banya orang kelaparan dan telanjang
pembeli nglenik penjual
penjual akal akalan
orang mencari nafkah seperti gabah diputar putarkan
yang cepat terlewat
yang lambat mengeluh
yang esar tesasar
yang kecil terpelest
yang pongah kena tunggak
yang takut, mati
yang nekad beruntung
yang pengecut tertindih
yang ngawur makmur
yang berhati hati, merintih
yang edan kebaigan
yang waras hanya menggagas
petani terikat
orang durhaka bersenandung
ratu tidak menetapi janji, musnah kekuasaanya
bupati/ pejabat jadi rakyat
orang jelata jadi priyayi
yang mendele jadi gede
yang jujur kojur/ sial
banyak rumah di atas kuda
orang makan orang
anak lupa bapak
orang tua lupa tuanya
pedagang jual barang makin laris
kekayaannya makin ludes
banyak orang mati kelaparan disebelahnya makanan
banyak orang pegang kekayaan tetapi hidupnya sengsara
yang edan bisa dandan
yang bengkok bisa membangun gedung
yang waras dan adil hidup mengenaskan dan terpencilkan
ada peperangan di dalam timbul karena pejabat banyak yang salah paham
durjana melebar kemana mana
penjahat makin bertambah
orang baik makin sengsara
banyak orang mati karena peperangan, kebingungan dan kebohongan
orang benar duduk termangu mangu
orang salah makin senang senang
banya harta benda musnah tak tahu kemana
banyak derajat dan pangkat pergi tak tahu sebabnya
banyak barang haram
beruntungnya yang lupa, beruntungnya yang ingat
namun seberuntungnya yang lupa
masih beruntung yang waspada
angkara murka makin jadi
sana sini makin bingung
pedagang banyak halangannya
bayak buruh nantang juragan
juragan menjadi umpan
yang bersuara keras mendapat pengaruh
orang pintar dislah slahkan
ornga jelek diberi keleluasaan
orang mengerti makan hati
harta benda jadi keburukan
pangkat jadi pemikat
yang sewenang wenang merasa menang
yang mengalah merasa semua salah
ada bupati dari arang yang rendah imannya
wakilnya kepala judi
orang yang hatinya suci dibenci
orang yang jahat dan pandai menjilat makin mendapat derajat
pemerasan makin merebak
pencuri duduk perutnya mblenduk/ buncit
begal terang terangan
ayam meneram di atas kayu pikulan
pemomong memfitnah yang di emong
yang menjaga mencuri yang dijaga
yang menjamin minta dijamin
banyak orang mabuk berdoa
sana sisn berebut unggul
perampok tepuk tangan

perikamanusiaan diinjak injak
kesusilaan ditinggalkan
banyak orang gila,jahat dan kehilangan akal budi
rakyat kecil banyak yang kepencil
karena jadi korban yang jahat dan jahil
lalu ada ratu punya pengaruh dan prajurit
negaranya seluas seperdelapan
tukang makan suap makin merajalela
orang jaht diterima
orang suci dibenci
timah dianggep perak
emas dikatakan tembaga
dandang disebut kuntul
pendosa sentosa
orang kecil disalahkan
orang yang sengit kesengit
buruh mangluh
orang kaya merasa takut
penakut jadi pemuka
senangnya orng jahat
orang nganggur kesungkur
orang rajin jatuh tengkurep
susahnya orang kecil
banyak orang saling mendakwa
tindakan manusia makin mengecewakan
ratu dengan ratu saling bicara mana yang di senangi
hore..hore…
orang jawa tinggal separo
orang londo-cino tinggal sejodo
banyak orang iri, banyak orang kikir
yang eman tidak kebagian
banyak orang pikirannyatidak waras
banyak orang limbung
kapan2 kelak wolak walik jaman datang

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline