Lihat ke Halaman Asli

Gemilang Mahakarya Rimba Nusantara, Universitas Malang

Diperbarui: 16 Desember 2015   22:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Malang- Seni budaya dan tari tradisional menjadi ciri khas Indonesia, puluhan bahkan ratusan ragam jenis musik dan tari ada di Indonesia dari berbagai macam daerah. Sudah sepantasnya jika orang Indonesia sendiri bangga akan kekayaan budaya yang dimiliki negara ini. Perkembangan zaman yang semakin canggih dan modern, mampu membuat pemikiran manusia berubah dan berkembang pula kea rah modern.

Dalam hal perkembangan tekhnologi, Indonesia menjadi pijakan pertama untuk penjajahan pemasaran tekhnologi, segala macam bentuk tekhnologi  ada di Indonesia. Seni dan budaya menjadi sedikit terasingkan di dalam pemikiran generasi muda bangsa, karena jejalan tradisi modern yang lebih mampu memikat hati dan jiwa generasi muda yang tersebar melalui tekhnologi.

Perkembangan tekhnologi dalam bidang sarana komunikasi sudah merajai pemikiran genarasi bangsa Indonesia, tekhnologi membuat pemikiran semakin kreatif dan serakah sehingga setiap individunya mulai berlomba untuk menjadi penguasa yang mampu bertindak semena-mena. Tekhnologi bahkan juga membuat setiap manusia memikirkan hidup mereka sendiri.

Tekhnologi menghapus rasa nasionalisme generasi muda bangsa Indonesia. Seni tradisional seperti musik dan tari seiring kemajuan zaman dan tekhnologi yang modern kesenian tradisional tersebut mulai menghilang, tingkat kesadaran pada seni tradisional di kalangan genarasi muda terutama juga sudah mulai rendah. Sebagai generasi muda bangsa Indonesia tidak bisa hanya diam dengan keadaan yang seperti ini, Universitas Malang menanggapi isu dan fenomena miris tersebut dengan mengadakan “Pagelaran Seni dan Budaya” di Gedung Graha Cakrwala UM (Universitas Malang) pada 12 Desember 2015 lalu.

“Mahakarya Gemilang Rimba Nusantara” menjadi tema acara pada pagelaran seni Universitas Malang. Pagelaran seni musik dan tari ini menggabungkan unsur tradisional dan modern. Unsur tradisional didapat dari seni tari tradisional yang menampilkan tari dari beberapa daerah di Indonesia seperti Bali, Sunda, dan Jawa. Untuk sentuhan modern diambil dari segi musik yang mengiringi tari dengan iringan music cakcuk, selo, biola, dan pelok selendro.

Rasa bangga akan berbagai bentuk jenis tari dan musik di Indonesia dirasakan ketika pembukaan acara, konsep menggabungkan 3 tarian tradisioanl menjadi satu dengan tema tarian yakni “wono seni”, jika diartikan “wono” adalah hutan, jika dua makna itu digabung maka dalam artian “seni dan hutan”. Makna dari tarian tersebut adalah, penyatuan dua elemen yang berbeda, yakni makna “seni” dan “hutan”, meski mempunyai makna yang berbeda.

Namun sama-sama mempunyai pemahaman yang sama, yakni sama-sama terkikis dan tergores oleh perkembangan zaman. Kedua makna itu menjadi satu kesatuan arti yang ada di dalam pagelaran seni ini. Pada tari tersebut dijelaskan bahwa adakalanya hutan rimbun, bunga-bunga bermekaran, pohon dan daun melintang luas ranting dan akarnya. Hewan-hewan di dalamnya merasakan aman dan hidup damai dengan golongannya.

Kemudian datanglah perusak yang mengobrak-abrik tatanan hutan, hutan menjadi rusak, pohon-pohon ditebangi tanpa ada reboisasi, hewan-hewan yang ada di dalamnya diburu secara liar hingga hilanglah ekosistem hutan. “Perusak” disini yang dimaksudkan adalah manusia. Manusia datang dengan egonya menguasai hutan untuk kepentingan dirinya sendiri, sehingga selain merugikan hutan dan hewan-hewan disana, juga merugikan manusianya.

Seperti pembakaran hutan yang terjadi di Kalimantan dan Riau dalam waktu dekat ini, itu semua bukti bahwa manusia mempunyai tangan-tangan ajaib yang mampu merubah hutan hijau menjadi hutan tandus. Lewat pagelaran seni musik dan tari tradisional UM, secara langsung akan menyadarkan para genarasi muda yang nantinya akan menjadi penerus bangsa untuk ikut menjaga dan melestarikan budaya dan negaranya.

“Hutan dan budaya merupakan elemen penting dalam kehidupan, tanpa adanya seni dan tradisi, kita tidak akan ada di Indonesia, tradisi yang mengajarkan kita tata krama, sopan santun, adat istiadat, menghargai perbedaan” perjelas Rizal (Ketua Pelaksana Pagelaran Seni UM)

Seni Musik dan Tari organizer UM (SEMUT ORGANIZER UM) menjadi pihak EO dalam acara pagelaran Seni ini. Dari pra hingga acara berlangsung semua terkonsep dari mahasiswa-mahasiswi jurusan Pendidikan Seni Musik dan Tari Universitas Malang. Penggabungan tiga mata kuliah yakni Manajemen Produksi, Reporte Artika, dan Enterpreneur, mampu menyihir para penonton yang mayoritas adalah generasi muda bangsa untuk sadar akan budaya dan tradisi Indonesia, juga ikut untuk menjaga tatanan Negara.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline