Lihat ke Halaman Asli

Firqah yang Tidak Menyakini Akan Takdir

Diperbarui: 30 September 2018   16:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Latar Belakang Munculnya Qadariah

Qadariah berasal dari bahasa Arab qadara, tang artinya kemampuan dan kekuatan (Luwis Ma'luf Al-Yusu'i, 1971:745). Menurut pengertian terminologi, Qadariah adalah aliran yang percaya bahwa segala tindakan manusia tidak diintervensi tangan tuhan. Aliran ini berpendapat bahwa tiap-tiap orang adalah pencipta bagi segala perbuatannya; ia dapat berbuat sesuatu atau meninggalkannya atas kehendaknya sendir (Al-Yusu'i, 436). 

Menyatakan bahwa tingkah laku manusia baik itu perbuatan baik maupun perbuatan jahat atas kehendak sendiri. Karena itu berhak menentukan pahala atas kebaikan yang dilakukannya dan juga berhak memperoleh hukuman atas kejahatan yang telah ia perbuat. 

Berdasarkan pengertian tersebut,dapat dipahami bahwa qadariah digunakan untuk nama aliran yang memberi penekanan atas kebebasan dankeuatan manusia dalam mewujudkan perbuatan-perbuatannya. 

Dalam hal ini, Harun Nasution turut menegaskan bahwa kaum Qadariah berasal dari pengertian bahwa manusia mempunyai qudrah atau kekuatan untuk melaksanakan kehendaknya, dan bukan berasal dari pengertian bahwa manusia terpaksa tunduk pada qadar tuhan.

Seharusnya, sebutan Qadariah diberikan pada aliran yang berpendapat bahwa qadar telah menentukan segala tingkah laku manusia, baik yang bagus maupun yang jahat. Sebutan tersebut telah melekat pada aliran yang percaya bahwa manusia mempunyai kebebasan berkehendak. Demikian pemahaman kaum sunni pada umumnya (W. Montgomery Watt, 1992:25). Menurut Ahmad Amin, sebutan ini diberikan kepada para pengikut paham qadar oleh lawan mereka dengan merujuk pada hadis yang membuat negatif nama Qadariah (Ahmad Amin, 1924;284). Hadis itu berbunyi.

Artinya:

"kaun Qadariah adalah majusinya umat ini."(hadis ini terdapat dalam Sunan Abu Daud, "kibat As-Sunnah, bab 16)

Kapan Qadariah munculdan siapa tokoh tokohnya merupakan dua tema yang masih diperdebatkan. Menurut Ahmad Amin, ada para ahli teologi yang mengatakan bahwa Qadariah pertama dimunculkan oleh Ma'bad Al-Jauhani (w. 80 H) dan Ghailan Ad-Dimasyqy (Ahmad Amin:284). Ma'bad adalah seorang tabi'i yang dapat dipercaya dan pernah berguru kepada Hasan Al-Bisri (ibid). Sementaran Ghailan adalah seorang oratir yang berasal dari Damaskus dan ayahnya menjadi maula Utsman bin Affan (ibid).

Ibnu Nabatah dalam kitabnya syarh Al-Uyun, seperti dikutip Ahmad Amin (1886-1954 M), memberi informasi lain bahwa yang pertama kali munculnya Qadariah adalah orang Irak yang beragama Kristen kemudian masuk islam dan kembali ke agama Kristen. Dari orang inila, Ma'hab dan Ghalian mengambil paham ini (ibid). Orang irak yang dimaksud, sebgaimana yang dikatakan Muhammad Ibnu Syu'ib yang memperoleh informasi dari Al-Auzi dalah Susan.

Sementara itu, W. Montgomery Watt menemukan dokumen lain melalui tulisan Hellmut Ritter dalam bahasa Jerman yang dipublikasikan melalui majalah Der Islam pada tahun 1933. Artikel ini menjelaskan paham Qadariah yang terdapat dalam kitab Risalah dan ditulis untuk Khalifah Abdul Malik oleh Hasan Al-Basri sekitar tahun 700M. Hasan Al-Basri (642-728) adalah seorang anak yang bersyatus tahanan di Irak, lahir di Madinah, tetapi pada tahun 657 pergi ke Basrah dan tinggal di sana sampai akhir hayatnya. Apakah Hasan Al-Basri orang Qadariah atau bukan, hal ini memang terjadi perdebatan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline