Lihat ke Halaman Asli

Tatang Hidayat

Pegiat Student Rihlah Indonesia

Kilauan Cahaya dari Makkah Al-Mukarromah hingga Pulau Seribu Masjid (Lombok, NTB, Indonesia)

Diperbarui: 31 Juli 2021   08:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pantai Senggigi, Lombok, Nusa Tenggara Barat (Dokumentasi Pribadi)

Kilauan Cahaya dari Makkah Al-Mukarromah hingga Pulau Seribu Masjid (Lombok, Nusa Tenggara Barat, Indonesia)

Oleh : Tatang Hidayat (Pegiat Student Rihlah Indonesia)

Sabtu (29/6/2019) siang baru saja saya selesai mempresentasikan hasil riset perjuangan Asy Syahid KH. Zainal Musthafa, seorang tokoh pahlawan Nasional dari Tasikmalaya dalam Seminar Internasional Ulumuna ke 4 yang diselenggarakan UIN Mataram Lombok Nusa Tenggara Barat.

Sore itu menjelang senja, saya diajak oleh seorang dosen UIN Mataram menyusuri sudut sudut kota Maratam, diajaknya saya ke Museum Nusa Tenggara Barat, namun saat itu sayangnya sudah tutup. Dari sana, saya diajak ke kampus Nadhlatul Wathan, Kampus Nahdlatul Ulama, Universitas Mataram dan tentunya kampus UIN Mataram tempat dosen itu mengajar.

Saat sedang menyusuri sudut-sudut Kota Mataram Lombok, tidak terasa waktu sebentar lagi menuju Maghrib, dan ada pesan masuk via whatsapp, setelah saya buka ternyata teman dari penginapan menghubungi bahwa hari itu panitia mengajak para presenter untuk pergi ke pantai senggigi, salah satu pantai di Lombok untuk menyaksikan keindahan ciptaan sang Pencipta.

Diajaknya saya beserta rombongan ke pantai tersebut, dan benar saja tepat ketika saya sampai, pemandangan elok nan indah sedang dipertontonkan dihadapanku, nampak senja sore itu dengan suasana sunyi di hari Jum'at begitu indah mempesona, seindahnya perasaan saya hari ini diberikan kesempatan yang mulia dan berharga menelusuri jejak-jejak cahaya di pulau seribu masjid.

Saat lembayung segera hilang di ufuk barat sana, tak terasa adzan Maghrib mulai bersahutan meramaikan langit pulau seribu masjid kala itu, semakin menambah kesyahduan suasana surga tersembunyi di pulau ini.  Rombongan pun segera menuju tempat selanjutnya yakni untuk melaksanakan shalat maghrib dan dilanjutkan shalat Isya sembari menikmati berbagai masakan khas dari Lombok.

Malam itu merupakan malam terakhir saya di pulau seribu masjid, kami isi kegiatan malam itu berdiskusi dengan beberapa peneliti lainnya sambil menikmati makanan-makanan khas Lombok lengkap dengan plecingnya untuk mengukir kesan yang indah malam ini. Karena keasyikan diskusi, tak terasa kami lupa bahwa malam semakin larut, kami pun segera diantar pulang ke penginapan untuk beristirahat dan menyiapkan energi untuk besok hari kembali menyusuri dan mentafakuri keindahan Sang Pencipta di pulu seribu masjid.

Adzan saat Fajar Ahad (30/6/2019) kembali bersahutan menggemakan langit pulau seribu masjid, segera saya menuju masjid untuk menunaikan kewajibanku sebagai seorang muslim. Shubuh itu merupakan shubuh terakhir saya di pulau seribu masjid, karena nanti maghrib saya harus segera berangkat ke pelabuhan Lembar.

Pagi itu kami para presenter menikmati sarapan di hotel dengan menu yang sangat istimewa, kembali disajikan berbagai makanan khas Lombok yang memanjakan lidah kami. Tak berlama lama lagi karena matahari mulai naik dan semakin menampakkan sinarnya, kami segera berangkat untuk menyusuri tempat-tempat indah bagaikan surge tersembunyi yang ada di pulau seribu masjid. Kami diajak menuju sebuah bukit untuk melihat salah satu pantai yang sangat indah, nampak suasana hening dan nyaman di atas bukit itu, saya hirup udaranya dalam-dalam, saya hayati suasananya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline