Kiprah Dakwah Alumni Pesantren Bani Yasin Cantayan, Sukabumi : KH. Ahmad Sanusi, KH. Masturo, KH. Sholeh Iskandar & KH. Dadun Abdulqohhar
Oleh : Tatang Hidayat (Pegiat Student Rihlah Indonesia)
Kamis, 17 Juni 2021 sebuah episode kehidupan kembali diperjalankan Allah Subhanahu Wata'ala dan bertemu ragam manusia, tak lengkap rasanya jika berkunjung ke Sukabumi tidak menyempatkan berkunjung ke salah satu pondok pesantren yang ada di dalamnya, salah satunya Pondok Pesantren Bani Yasin Cantayan yang memiliki nilai sejarah yang sangat berharga namun tak banyak dikenal, khususnya oleh anak-anak muda saat ini.
Rasanya sangat betah dan terasa berharga ketika saya diberikan kesempatan yang mulia bisa menginjakkan kaki pertama kalinya di kawasan Cantayan, Sukabumi. Rasanya ingin berlama-lama di sini, salah satu kawasan yang memiliki nilai sejarah yang besar dalam perjalanan dakwah Islam di Sukabumi, Jawa Barat bahkan Nasional. Pesantren yang biasanya diramaikan oleh aktivitas para santri, namun karena wabah pandemi sekarang keadaannya sunyi, saya sangat bersyukur bisa banyak belajar dan mendapat begitu banyak faidah ketika berkunjung ke sini.
Sukabumi merupakan salah satu daerah di Jawa barat yang memiliki jaringan Ulama, atau dalam istilah Sunda disebut dengan Ajengan, yang berjasa besar dalam pengembangan Islam yang sudah sepantasnya mendapatkan perhatian (M. Syahru Ramadhan dalam Ajengan Dadun Abdulqohhar Tokoh Ulama Kesohor di Sukabumi (1936-2006), Jurnal Al-Turas, Vol. XIX, No. 1 tahun 2013).
Dari Pesantren Bani Yasin Cantayan telah melahirkan banyak ulama besar yang memiliki kontribusi dalam pengembangan Islam di Sukabumi, Jawa Barat bahkan Nasional. Sebut saja ada KH. Dadun Abdulqohar (w. 2006) atau lebih dikenal dengan sebutan Ajengan Dadun, beliau adalah salah satu Ulama lokal yang telah berkontribusi dalam konteks pengembangan Islam di atas. Tentu saja di masanya beliau tidak mengembangkan Islam sendirian, tercatat ada KH. Masturo yang juga berdakwah dengan membangun lembaga pendidikan pesantren Al -Masturiyah atau dikenal Pesantren Tipar di daerah Cikaroya, Cisaat, Ajengan Acun Mansur yang mengembangkan Islam di daerah Tegallega, Ajengan Ahmad Sanusi, pendiri Pesantren Syamsul Ulum sekaligus pendiri organisasi Al-Ittihadul Islamiyah (AII) di wilayah Gunung Puyuh (M. Syahru Ramadhan dalam Ajengan Dadun Abdulqohhar Tokoh Ulama Kesohor di Sukabumi (1936-2006), Jurnal Al-Turas, Vol. XIX, No. 1 tahun 2013).
Ulama-Ulama di atas merupakan Ulama yang giat mengembangkan Islam di Sukabumi pada abad ke-20. Beberapa Ulama paling terkemuka di Sukabumi terlahir dari garis keturunan yang sama, belum ditambah tokoh lain yang pernah belajar kepada Ulama dari garis keturunan di atas yang pasti turut berjasa dalam pengembangan Islam yang membuat jaringan pengembangan Islam di wilayah Sukabumi kuat. Hingga saat ini, garis keturunan keluarga tersebut dikenal dengan sebutan "Keluarga Cicantayan" (M. Syahru Ramadhan dalam Ajengan Dadun Abdulqohhar Tokoh Ulama Kesohor di Sukabumi (1936-2006), Jurnal Al-Turas, Vol. XIX, No. 1 tahun 2013).
Keluarga Cantayan merupakan istilah yang tidak asing di telinga masyarakat Sukabumi, terutama bagi mereka yang berkecimpung dalam dunia dakwah, pesantren, dan pemerintahan. Istilah ini merujuk kepada keluarga besar yang diakui oleh berbagai kalangan, terutama tokoh masyarakat dan ulama Sukabumi sebaga keluarga "alim ulama" yang memiliki pengaruh kuat dalam strata sosial dan keagamaan di wilayah Sukabumi, hal ini dikarenakan banyaknya anggota keluarga Cantayan yang menjadi tokoh terkemuka. Dua di antaranya, KH. Ahmad Sanusi dan KH.Dadun Abdulqohhar bahkan sangat berpengaruh di Sukabumi dan Jawa Barat (M. Syahru Ramadhan dalam Ajengan Dadun Abdulqohhar Tokoh Ulama Kesohor di Sukabumi (1936-2006), Jurnal Al-Turas, Vol. XIX, No. 1 tahun 2013).
Sejarah berdirinya Pesantren Bani Yasin Cantayan berdasarkan cerita dari lingkungan keluarga dan masyarakat sekitar, akibat timbulnya pertentangan dengan pemerintah Belanda, Haji Yasin --ayah KH. Abdurrahim dan kakeknya KH. Ahmad Sanusi--- yang berasal dari Soekapoera (Tasikmalaya) pindah ke Sukabumi dan mendirikan pesantren sambil menjadi amil di desa cantayan Sukabumi. H. Yasin masih ada hubungan sebagai keturunan Raden Anggadipa, ketika memegang Jabatan sebagai Bupati Sukapura, Raden Anggadipa dikenal sebagai Raden Tumenggung Wiradadaha III yang dikenal sebagai Dalem Sawidak (Miftahul Falah dalam Buku Riwayat Perjuangan KH. Ahmad Sanusi, 2009:12).
Di Sukabumi yang tergolong pesantren tua adalah Pesantren Cantayan, Genteng dan Syamsul Ulum Gunung Puyuh. Ketiga pesantren ini memiliki pengaruh yang besar di daerah Sukabumi. Pesantren Cantayan didirikan pada awal abad ke-20 oleh KH Yasin bin Idham bin Nur Sholih. Pada tahun 1912 keberadaan Pesantren Cantayan ketika dipimpin KH. Abdurrahim dapat dikatakan sebagai pesantren besar dan cukup berpengaruh. Terlebih setelah Ahmad Sanusi kembali dari Mekkah pada tahun 1915. Ia banyak membantu dan memberikan pengajaran terhadap santri-santrinya.