Lihat ke Halaman Asli

Tatang Hidayat

Pegiat Student Rihlah Indonesia

Palestina Walk, Bandung: Dukungan Ibu Kota Asia Afrika untuk Palestina

Diperbarui: 22 Mei 2021   07:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber Gambar: mybandung.id

Palestine Walk, Bandung : Dukungan Ibu Kota Asia Afrika untuk Palestina

Oleh : Tatang Hidayat (Pegiat Student Rihlah Indonesia)

Sabtu, 13 Oktober 2018 saat itu saya diberikan kesempatan yang berharga bisa menghadiri rangkaian agenda pekan solidaritas Indonesia untuk Palestina yang diselenggarakan Kementrian Luar Negeri Republik Indonesia. Salah satu agendanya adalah diskusi dengan Menteri Luar Negeri Palestina yakni Dr. Riad Malki. Agenda diskusi diselenggarakan di Gedung Merdeka, salah satu gedung bersejarah  yang ada di kota Bandung.

Banyak yang dibicarakan dalam diskusi tersebut, salah satunya kondisi terkini keadaan Palestina yang sedang dijajah oleh entitas Yahudi. Di sesi diskusi, nampak banyaknya dukungan dari peserta diskusi bahkan sampai melibatkan emosi untuk bebasnya Masjid Al-Aqsha dan Palestina yang kebanyakan dari anak-anak muda yang ada di Kota Bandung. Dukungan tersebut terlihat ketika perwakilan para peserta menyampaikan testimoninya untuk bebasnya masjid Al-Aqsha dan Palestina.

Tentu dukungan dari anak-anak muda di Bandung yang disampaikan dalam forum diskusi bersama Menteri Luar Negeri Palestina Dr. Riad Malki tidak serta merta ada dengan sendirinya, tetapi sudah melewati sejarah yang panjang bagaimana hubungan mesra Indonesia dan Palestina yang sudah terbangun jauh hari, bahkan sejak abad ke-15 M ketika masifnya dakwah Islam di Nusantara masa Walisongo dengan kedatangan Maulana Utsman Haji (Sunan Ngudung) dan Syaikh Ja'far Shadiq (Sunan Kudus) dari Baitul Maqdis. Sehingga hubungan mesra Indonesia dan Palestina sudah melekat dalam jiwa bangsa Indonesia, khususnya umat Islam dan diwariskan dari generasi ke generasi.

Palestine Walk yang berada di Jalan Alun-alun Timur, Kota Bandung itu dibuat sebagai bentuk dukungan dari Indonesia untuk kemerdekaan Palestina. Taman sepanjang 100 meter tersebut diresmikan langsung oleh Wali Kota Bandung Oded M. Danial bersama Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi dan Menteri Luar Negeri Palestina Dr. Riad Malki. Palestina walk ditempatkan di lokasi strategis berada di pusat kota. Selain itu, letak Alun-alun Bandung berdekatan dengan Gedung Merdeka yang menjadi tempat bersejarah pertama kali Konferensi Asia Afrika pada tahun 1955 (detik.com, 13/10/2018).

Menteri Luar Negeri Palestina Dr. Riad Malki juga mengungkapkan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada masyarakat Indonesia dan Kota Bandung atas dukungan terhadap rakyat Palestina. Bahkan ia menyampakan salam dari saudara-saudara di Palestina, yang setiap hari, setiap jam, setiap detik terus berjuang untuk kebebasan dan kemerdekaan, Baginya, Kota Bandung selalu menjadi tonggak sejarah perubahan dunia. 

Saat Konferensi Asia Afrika, pertemuan para pemimpin Asia dan Afrika telah mengubah paradigma dunia akan kemerdekaan. Kini, langkah kecil pembuatan Palestine Walk ini juga sangat berarti bagi mereka. Ia juga mengajak kepada warga Bandung untuk senantiasa mendukung dan mengingat perjuangan rakyat Palestina. Setiap berjalan di Palestine Walk, ingatlah rakyat Palestina yang sedang berjuang di sana (humas-bandung.go.id, 13/10/2018).

Palestine Walk merupakan simbol dukungan moril bangsa Indonesia pada umumnya, dan orang Sunda pada khususnya yang diwakili Bandung yang dikenal sebagai Ibu Kota Asia Afrika untuk bebasnya Palestina dari penjajahan entitas Yahudi. Bandung dipilih sebagai tempat Palestine Walk tentu tidak serta merta ada dengan sendirinya tanpa dilandasi dengan sejarah yang ada di dalamnya. 

Palestina Walk yang letaknya dekat Alun Alun Bandung dan Gedung Merdeka yang menjadi tempat bersejarah pertama kali Konferensi Asia Afrika 18-24 April tahun 1955. Bahkan jauh sebelum itu, Gedung Merdeka yang dulunya bernama Gedung Concordia pernah digunakan agenda Kongres Nasional Pertama Central Sarekat Islam pada 17-24 Juni 1916 dengan pidato terkenalnya seorang pribumi muslim yakni H.O.S Tjokroaminoto yang menuntut kehendak berpemerintahan sendiri (Zelfbestuur).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline