Antara Dosen Muhammadiyah, Mahasiswa Syafi'iyyah, Shalat Shubuh dan Negeri Gajah Putih
Oleh : Tatang Hidayat*)
Tulisan ini merupakan lanjutan dari cacatan rihlah ilmiah ke Singapura, Malaysia, dan Thailand. Bagi yang belum membaca tulisan sebelumnya bisa di cek kembali dalam tulisan saya sebelumnya. Catatan ini diawali dari peristiwa pelaksanaan shalat shubuh yang begitu mengesankan selama saya berada di Thailand, shalat shubuhnya antara mahasiswa Syafi'iyyah dan dosen Muhammadiyah.
Menjelang shubuh, atas nikmat Allah Subhanahu Wa Ta'ala saya bisa bangun kembali setelah melewati peristiwa dari setengah kematian. Ada peristiwa yang menarik saat akan didirkan shalat shubuh pertama di Thailand. Sebagaimana biasa, seorang dosen dari salah satu kampus Muhammadiyah yang selalu satu kamar selalu menunjuk saya untuk menjadi imam, namun tidak untuk kali ini. Saya langsung mengumandangkan iqomah, supaya saya bisa menjadi makmum.
Setelah iqomah selesai, ternyata sebelum takbiratul ikhram dia bilang kepada saya "maaf kang saya tidak melaksanakan qunut" katanya. Saya pun dengan senang hati menjawab "tidak apa-apa kang silahkan". masya Allah luar biasa ukhuwah ini, saya pun sangat kagum melihat sikap beliau yang sangat mengedepankan ukhuwah. Akhirnya shalat-pun dirikan, dan sebagaimana telah dimaklumi bersama, bahwa kader Muhammadiyah dalam shalat shubuh tidak mengamalkan qunut, begitupun dengan beliau.
Setelah i'tidal dalam rakaat kedua beliau langsung sujud, bagaimana dengan saya ? Tentunya saya pun mengikuti beliau, karena beliau sebagai imam saya dalam shalat. Adapun jika saya menjadi imam, tentu saya mengamalkan qunut shubuh, dan beliau sebagai makmum mengikuti qunut dengan mengangkat tangan dan mengaminkan do'a yang saya bacakan.
Sungguh pengalaman berharga ini sangat luar biasa dan akan selalu dikenang, ternyata ukhuwah ini melintasi batas negara dan kekuatan umat Islam ada di dalam persatuan, oleh karena itu jangan pernah putus asa untuk terus bersatu dan mempersatukan. Setelah shalat, kami segera menuju tempat sarapan dan bisa menikmati makanan khas Thailand yang tentunya halal, terlihat ada sedikit perbedaan rasa di lidah apa yang selama ini saya rasakan.
Tidak lama dari hotel, kami segera menuju ke salah satu kampus terbaik yang ada di Thailand Selatan yakni Prince University of Songkhla. Di kampus tersebut kami tidak berlama-lama, namun waktu tersebut saya manfaatkan dengan baik sebagai perbandingan dengan kampus yang ada di Indonesia. Selanjutnya kami berangkat ke Chang Puak Champ, sebuah wahana layaknya kebun binatang jika di bumi pertiwi. Di sana saya melihat binatang khas dari Thailand apalagi kalau bukan gajah.
Tidak lama dari sana, kami segera menuju sebuah tempat yang ada patung Budha Sleeping yang lokasinya dekat dengan laut, karena waktu sudah siang, kami tidak berlama-lama di tempat tersebut. Selanjutnya kami menuju ke Tang Kuan Hill, disana kita bisa naik ke sebuah bukit dan cukup mengeluarkan uang 30 bath untuk naik ke sana dengan menggunakan sebuah cable lift.
Dari atas sana kita akan melihat Kota Songkhla sebagai Ibukota Hatyai Thailand Selatan, nampak setelah berada di bukit, saya merasakan suasana yang tenang dan sunyi yang sesekali ditemani hembusan angin yang menandakan ketenangan kota kecil tersebut. Dari atas bukit juga kita akan melihat indahnya Samila Beach dan kota Songkhla. Saat berada di atas saya berkeliling ke beberapa tempat untuk melihat sejarah yang ada di bangunan tersebut.