Lihat ke Halaman Asli

Tatang Hidayat

Pegiat Student Rihlah Indonesia

Hari Santri Nasional Momentum Membangkitkan Ruhul Jihad

Diperbarui: 21 Oktober 2018   09:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

www.majalah-gempur.com

Hari Santri Nasional Momentum Membangkitkan Ruhul Jihad

Kata Santri jika ditulis dalam bahasa arab terdiri dari lima huruf (سنتري), yang setiap hurufnya memiliki kepanjangan serta pengertian yang luas. Sin (س) adalah kepanjangan dari سَافِقُ الخَيْرِ yang memiliki arti Pelopor kebaikan. Nun (ن) adalah kepanjangan dari نَاسِبُ العُلَمَاءِ yang memiliki arti Penerus Ulama. Ta (ت) adalah kepanjangan dari تَارِكُ الْمَعَاصِى yang memiliki arti Orang yang meninggalkan kemaksiatan. Ra(ر) adalah kepanjangan dari رِضَى اللهِ yang memiliki arti Ridho Allah. Ya (ي) adalah kepanjangan dari اَلْيَقِيْنُ yang memiliki arti Keyakinan. Tentunya masih banyak lagi pemaknaan kata santri dan itu tergantung perpektif masing-masing yang menjelaskan.

Berbicara tentang santri, tentunya tidak bisa dilepaskan dengan yang namanya pesantren. Pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam yang sudah ada eksistensinya jauh sebelum republik ini berdiri. Pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam pada umumnya terus menyelenggarakan pendidikan yang memiliki misi mengkader umat untuk menjadi tafaqquh fiddin dan memotivasi kader ulama dalam misi dan fungsinya sebagai warasat al-anbiya.

Tentu keutamaan tersebut diperuntukkan kepada para ulama yang selalu mengamalkan ilmunya, yang selalu membela kebenaran, yang selalu cinta kepada kebaikan dan yang gemar melakukan amr ma’ruf nahi munkar. Maka dalam sejarahnya, selain memiliki fungsi sebagai lembaga pendidikan yang mencetak kader Ulama, pesantren juga terkenal dengan peranannya dalam menyebarkan agama Islam dengan dakwah dan jihad.

Ketika Imperialisme dan Kolonialisme menjajah negeri ini, terbukti umat Islam sebagai mayoritas yang ada di negeri ini tidak tinggal diam. Bahkan dalam sejarahnya Ulama dan Santri selalu menjadi garda terdepan dalam memimpin pergerakan nasional untuk mengusir segala bentuk penjajahan yang ada di negeri ini.

Awwas (2015: 97) mencatat di zaman pergerakan pra kemerdekaan, peran pesantren juga sangat menonjol, lagi-lagi melalui alumninya. Hadji Oemar Said (HOS) Tjokroaminoto, pendiri gerakan Syarikat Islam dan guru pertama Soekarno di Surabaya, adalah juga alumnus pesantren, KH. Mas Mansyur, KH. Hasyim Asy’ari, KH. Ahmad Dahlan, Ki Bagus Hadikusumo, KH. Kahar Muzakkir, dan masih banyak lagi alumnus pesantren yang menjadi tokoh masyarakat yang sangat berpengaruh.

Setelah penjajahan Kolonial Belanda yang bercokol di negeri ini selama 350 tahun,  tiba giliran pasukan Jepang yang ingin turut serta mengisap karunia ilahi di bumi pertiwi ini. Maka kalangan pesantren dengan kiai dan santrinya menjadi garda terdepan dalam melawan penjajahan Jepang.

Saat  kebijakan-kebijakan yang tidak berperikemanusiaan dan diperparah lagi dengan adanya penyembahan terhadap sesama manusia melalui kewajiban seikeirei. Lagi-lagi kalangan pesantren memiliki peranan sebagai motor penggerak dalam melakukan perlawanan. Di beberapa tempat rakyat sudah berani melakukan sabotase dan perlawanan, termasuk sekian banyak perlawanan itu datang dari para santri Pondok Pesantren Sukamanah Tasikmalaya di bawah asuhan asy-Syahid KH. Zainal Musthafa.

Jika kita telusur sejarah lebih mendalam ke belakang, kita tidak perlu mempertanyakan kembali bagaimana peran pesantren dengan ulama dan santri dalam mengusir segala bentuk penjajahan. Ulama dan santri selalu menjadi garda terdepan dalam membela kebenaran dan menolak segala bentuk kezaliman.

Perjuangan ulama dan santri dalam melakukan perlawanan mengusir penjajah merupakan bukti yang nyata bahwa pesantren selalu pasti akan menolak segala bentuk kezaliman. Namun yang menjadi pertanyaan, dengan begitu besarnya jasa kalangan pesantren dalam memerdekakan negeri ini dari penjajah dan realita kehidupan saat ini yang penuh dengan problematika yang  dialami oleh rakyat apakah bisa dipastikan penjajahan di negeri ini sudah selesai ?

Secara penjajahan fisik mungkin saja negeri ini sudah merdeka, namun secara ideologi tentu saja negeri ini belum merdeka. Kafir barat penjajah tetap berupaya melanggengkan dominasi mereka dalam menjajah negeri ini. Neoimperialisme dan Neoliberalisme mereka lancarakan untuk mengontrok politik pemerintahan dan menghisap sumber daya ekonomi berbagai negeri.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline