[caption id="attachment_299238" align="alignleft" width="300" caption="Peserta lomba cipta puisi dari SMPK Santo Yosep Sumenep"][/caption]
oleh; Hidayat Raharja
Puisi,sebuah karya kreatif yang melibatkan pengalaman empiris,literer dan perenungan atau kontemplasipengarang. Sehingga sebuah puisi adalah sebuah endapan atau padatan kristal di dalamnya tersimpan anekainformasi danpengalaman dengan berbagai tafsirnya. Sebuah pengalaman estetik penyair yang menyimpan berbagai tafsir .
Maka,ketika berhadapan dengan puisi kita akan berhadapan dengansebuah endapan informasi yang saling berkait dengan aneka informasi dan peristiwa yang terselubung dalam. Informasi yang akan mempengaruhi pengalaman pembaca untukmemberikan tafsirnya. Shelley mengemukakan bahwa puisi adalah rekaman detik-detik yang paling indah dalam hidup kita. Wordworth mempunyai gagasan bahwa puisi adalah pernyataaan perasaan yang imajinatif, yaitu perasaan yang direkakan atau diangankan. Di sinilah sebuah pertaruhan sebuah puisi apakah akan berhasil sebagai puisi atau akan gagal sebagai sebuah informasi yang tak mengemban nilai-nilai estetik dan puitikal.
Nilai estetik sebuah puisi dapat dimaknai dari pilihan diksi yang membangun tubuh puisi, irama atau ritme puisi. Sebagai sebuah pilihan yang unik untuk menjadikan sebuah puisi hidup dan berbeda dari yang lain. Maka, tidak berlebihan ketikapuisi dijadikan sebagai salah satu bagian lomba padaFLS2N untuk siswa SMP di Sumenep tahun 2014.
Mengamati karya-karya mereka yang masih berusia 12-14 tahun, sangat menarik karena, terlihat kesederhanaan ungkapan mereka dan kadang sangat terasa klise. Saat berbicara mengenai nilaikarakter bangsa, maka yang bermunculan kata-kata pahlawan, bangsa, perjuangan, pelestarian budaya. Hanya ada satu-dua orang siswa yang pilihan katanya lebih variatif .
Jika melihat dari karya-karya yang mereka hasilkan menunjukkan masih terbatasnya bacaan puisi untuk mereka. Hampir seluruh peserta membuat puisi hanya ketika akan ikut lomba. Realitas ini menandakan pula sumber refrensi yang dipergunakan guru dalam bahan ajar,masih banyak yang belum memanfaatkan sumber-sumber refrensi terbaru yang dapat mengkayakan pengalaman peserta didik.
Memang puisi tidak untuk menjadikan peserta didik untuk menjadi penyair, tetapi memperkaya pengalaman batin mereka sehingga bisa meningkatkan kemampuan apresiasi,dan kepekaan mereka terhadap puisi dan lingkungannya. Pengalaman penciptaan puisi yang akan menyadarkan peserta didik akan proses berkarya dan proses kreatif penciptaan. Kepekaan akan proses berkarya bahwa setiap karya dihasilkan sebuah pemikiran, perenungan sehingga setiap hasil karya adalah sebuah hasil kerja yang harus diapresiasi. Bahwa proses kerja mereka adalah “kerja keras” yang patut untuk diapresiasi.
Proses kreatif sebagai pengalaman yang akan menyadarkan mereka akan proses kerja yaang melibatkan pikiran dan perasaan untuk mengungkapkan pengalaman empiris yang diolah dalam batin mereka,sehingga mengalami proses kontemplasi dan mengubah pengalaman-pengalaman empiris sebagai pengalaman batin dan dituangkan kembalidalam bentuk kata-kata.Puisi.
[caption id="attachment_299239" align="aligncenter" width="300" caption="Sedang khusuk Menulis Puisi"]
[/caption]
Memasukkan pengalaman dalam puisi memerlukan kejelian dan keberanian sehingga menjadi sebuah teks puisi yang utuh dan menarik, sebagai pengalaman pribadi yang bermakna pula bagi orang lain. Persoalan-persoalan sederhana dalam lingkungan dan penglaman hidup mereka sebagai bahan mentah yang diolah dalam puisi. Hal-hal biasa dan kemudian menjadi tak biasa.
Boneka yangTerlupakan
Oleh:Eksanti Amalia KW
Ning-Nang
Ning-Nong
Ning-Nang
Gong
Gong
Gong
Alunan bonang,saron,gong
Irmanya berderik tertatih-tatih
dalam besi tua
karatan…
Iramanya tertatih-tatih
menarik keluar sang dalang sepuh
di balik selembar kain putih
dan tak lama Sang Ramayana, Mahabrata
muncul satu-satu
di balutan kain putih lusuh dan jamuran
tergerus Zaman Edan!...
Boneka kulit putih
habisi boneka kulit coklat
Tanpa Ampun!...
Boneka kulit coklat bersujud, bertafakur memohon welas asih
bak seorang budak-budak TKI
Namun nurani boneka kulit putih tertutup,terkunci
bagai ilalang yang berdiri tegap
Mahabarata pun ditumbangkan oleh
“Brad Pitt” dalam “Wold War Z”
Ramayana pun terlena oleh
“Shin Min Ah” dalam lakon “My Girlfriend is Gumiho”
Ning-Nang
Ning-Nong
Ning- Nang
Gong
Gong
Gong
Falsafah hidup terkubur hilang
tak ada yang berziarah
tak ada yang peduli
lusuh, jamuran
tergerus Zaman Edan!...
Ning-Nang
Ning-Nong
Ning- Nang
Gong
Gong
Gong
Dimana lagi aku harus mencari?
di kotak-kotak tua itu kah?
atau lewat tuturan sepuh bergigi ompong?
atau hanya dimensi sepuh berkulit keriput saja?
Tragis!
Dan boneka kulit coklat itu pun
berlalu…
berlalu…
Ning…Nang…Ning
Nong…Ning
Nang
Gong…Gong…Gong
Gong…Gong
Gong
………………………………..
Puisi yang sangat menarik, ditulis oleh seorang siswi SMP kelas 8. Sebuah teks yang menggambarkan pengalaman dan kegelisahannya akan budaya tradisi,dan nilai –nilai kearifanlokal yang tergeser oleh kesenian pop dan bintang pop Brad Pitt. Sebuah dunia ungkap yang diangkat dari pengalaman kultural dan dituangkan ke dalam baris puisi yang berserak memenuhi halaman. Kegelisahan terhadap kesenian tradisi yang terserak dan tak ada yang peduli diiringi alunan bonang, sarondan gong yang kian sayup di tengah kehidupan.
[caption id="attachment_299240" align="aligncenter" width="300" caption="Kasi Kesiswaan Dikmen Disdik Sumenep dan Dewan Juri"]
[/caption]
Bahkan kegelisahan itu bukan hanya pada kearifan lokal, namun juga terhadap dasar negaradan kehidupan berbangsa yang kian pudar.
Sajak-sajak darah Air Mata Indonesia
Karya: Kiska Sari
Bila diserukan sila satu
Tundukkan kepalamu, ketuklah hati nuranimu dan bersujudlah kepada tuhanmu
Selagi kau masih bisa melakukannya
Sebelumkau berakhir dan berbaring dalam gelapnya bhujukmu
Ketika diserukan sila dua
Bermunajadlah kau kepada sesamamu
Laksana angin meniup ilalang
Tanpa ada yang dibedakan
Saat diserukan sila tiga
Berpegangan tangan dan bersatulah
Serukan sebuah suara kemenangan
Bersatulah dalam berpangku tangan
Apabila diserukan sila empat
Hendaklah kau bersyukur
Kau telah dikaruniai seorang pemimpin
Pemimpin yang telah kau pilih dan punyai
Ketika diserukan sila lima
Berbanggalah kau, kau telah berpedoman pada lima dasar
Lima dasar yang tidak orang lain miliki
Lima dasar yang akan membawamu ke masa yang lebih baik
Tapi…
Kini semua kian rapuh
Kian rapuh budayaku
Digerogoti tikus-tikus politik
Tikus-tikus politik yangtafakur dan durjana
Lihatlah…
Sangsakalaksana mencakar langit
berdiri kokoh pada satu tiang
diperjuangkan oleh ribuan nyawa
takpeduli darah mengalir dari lubang timah
tak peduli keringat dan airmata yang menganak sungai
merah itu semakinluntur dan rapuh
putih itu tak lagi suci, ternodai
terlambatkah?
pernahkah terlintas di pikiranmu untuk memperjuangkan budayamu?
mengambil kembaliapa yang menjadi hakmu….
Kembalikan budayaku yang kian menghilang
bawalah aku kedalam dimensi lain
Akan kuperjuangkan apa yang menjadi milikku
Aku adalah generasi bangsa
Aku adalah darah airmata Indonesia
Sumenep,11 maret 2014
Sajak yang cukup menarik dengan narasi panjang yang mencoba mempermainkan irama sehingga enak dirasasaat dibaca. Sebuah kegelisahan akan nilai-nilai dalam pancasilayangs eharusnya melandasi hidup berbangsa dan bernegara. Namun nilai-nilai itu kian pudar dan menjadi tanggungjawab generasi muda untuk kembali memaknai- nilai-nilai tersebut dalam kehidupan nyata.
Terlepas daripilihan kata yang kadang terasa denotatifpuisi ini menarik ketika mengurai kembali sila-sila dalam bait-bait puisi. Sila yang biasanya dibacakan pada setiap upacara bendera di hari senin sebagai teks sakral yang coba dihadirkan kembali dalam bentuk yang lain tanpa menghilangkan esensi nilai yang terbalutdi dalamnya.
Sebab, darisinilah salah satu lorong untuk menarik remaja mengenal budaya bangsanya dan puisi dalam sebentuk ungkapan-ungkapan dari pengalaman dan harapan mereka. Sehingga mereka peserta didik yang usianya remaja,bukan sebagai obyek tetapi sebagai subyek dalam menentukan nasib diri dan bangsanya.Kesadaran untuk tak bisa menolak Brad Pitt dan Shin Min Ah tetapi juga mampu merumat dan melestarikan budaya tradisi yang kaya kearifan lokal secara dinamis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H