Lihat ke Halaman Asli

Achmad Nur Hidayat

Pakar Kebijakan Publik

Perlu Kewaspadaan Ekonomi di 76 Tahun Indonesia Merdeka

Diperbarui: 25 Agustus 2021   10:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Kompas  | Ilustrasi Ekonomi dan Pertumbuhan (Toto Sihono)

Saya akan share catatan kaki saya tentang refleksi Indonesia Merdeka 76 tahun. Catatan kaki tersebut saya sarikan dari notulensi zoominari kebijakan publik Narasi Institute beberapa waktu yang lalu dimana saya menjadi memandu diskusi.

Ada tiga (3) poin penting dalam zoominari tersebut diantaranya adalah

Tantangan 76 Tahun Kemerdekaan adalah Ketimpangan, Indonesia Perlu Konsolidasi Atau Potensi Pergelokan Sosial Membesar.

Kompas Com


Prof Didin S Damanhuri, Guru Besar Ekonomi IPB mengatakan bahwa 76 Tahun refleksi kemerdekaan sudah banyak kemajuan namun sudah 2 tahun situasi pendemi menyebabkan banyak kemunduran baik ekonomi, demokrasi dan kebebasan, elit perlu konsolidasi jika tidak potensi pergelokan sosial tinggi.

"Tahun 2021 ini adalah tahun ke-2 Indonesia merayakan kemerdekaan dalam situasi pandemi dan belum tahu sampai kapan waktunya pandemi ini akan berakhir. Tahun 2020 kita masuk ke Negara berpendapatan menengah bawah. Dalam Demokrasi dan kebebasan mengemukakan pendapat kita mengalami kemunduran juga dalam ekonomi. Cita cita kemerdekaan terlihat makin jauh" Ujar Didin S Damanhuri dalam zoominari kebijakan publik Narasi Institute "Memaknai Kemerdekaan Di tengah tantangan pandemi" Jumat 13/8.

Didin S Damanhuri melihat secara PDB, Indonesia yang terus meningkat dari awal proklamasi merupakan hal yang patut disyukuri selain Indonesia sebagai negara yang sangat heterogen tidak terjadi balkanisasi karena kontribusi ormas diantaranya NU dan Muhammadiyah, namun ketimpangan desa dan kota semakin besar. Hal tersebut, menurut Guru Besar Ekonomi IPB tersebu, dapat memicu masalah serius terutama akibat makin kaya kelompok minoritas dan semakin miskinnya kelompok mayoritas.

"Secara GDP kita terus meningkat dari awal proklamasi. Ini adalah hal yang patut kita syukuri. Sebagai negara yang sangat heterogen tidak terjadi balkanisasi di negeri ini. Kota sangat berkembang tapi desa belum di bangun secara baik. Padahal sumber daya nya disedot ke kota tapi tidak kembali ke desa. Lokal ekonomi desa ini penting sebagai balanced perkotaan. Adanya civil society yang kuat seperti NU dan Muhammadiyah ikut berperan mempererat persatuan bangsa." Ujar Didin.

Didin mengingatkan bahwa tantangan terbesar saat ini adalah ketimpangan terutama kelompok penikmat terbesar pembangunan adalah kelompok etnis tertentu minoritas yang memunculkan ketimpangan yang ekstrem.

"Tantangan terbesar kita adalah ketimpangan. Ketimpangan ini sangat berbahaya sekali ini merupakan bom waktu apalagi kelompok yang super kaya ini dari kelompok etnis tertentu. Ketimpangan yang ekstrem. Ketergantungan Indonesia terhadap berbagai hal di antaranya teknologi, finansial dan utang menyebabkan ruang gerak bangsa semakin terbatas" Ujar Didin S Damanhuri.

Didin menyarankan perlu kolektif konsensus elit untuk membangun agenda ekonomi jangka panjang yang berkeadilan mengurangi gap ketimpangan ekstrem ekonomi dan sosial.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline