Lihat ke Halaman Asli

Belajar dari Kambing-kambing Ustadz Felix Siauw

Diperbarui: 24 Juni 2015   03:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ustadz Felix Siauw dikenal telah menuliskan beberapa buku untuk kalangan muda. Mungkin yang paling menarik perhatian adalah Udah Putusin Aja! Tetapi saya nggak tertarik dengan buku tersebut, karena saya tidak punya pacar! ha—ha! Saya malah tertarik dengan buku beliau yang berjudul How To Master Your Habits setelah membaca resensinya di Internet. Rasa-rasanya buku ini relevan dengan masalah yang saya hadapi sekarang. Dengan bahasa yang mengalir, buku ini membahas cara mengendalikan kebiasaan. Mengendalikan kebiasaan kuncinya hanya 2, yaitu latihan dan pengulangan, practice and repetition. Kata beliau, practice makes right, repetition makes perfect, dan terbentuklah kebiasaan. Hal-hal luar biasa yang dilakukan orang-orang hebat pun, ternyata adalah kebiasaan yang sudah mereka lakukan dalam waktu yang sangat lama. Itulah inti dari buku tersebut, yang dipaparkan lewat beragam contoh dan ilustrasi dan sukses membuat saya menghabisinya hanya dalam waktu 2 jam.

Nah. Pada salah satu ilustrasi, beliau menggambarkan bagaimana suatu kebiasaan remeh temeh juga bisa membuat seseorang melakukan sesuatu yang tampaknya tidak mungkin. Ilustrasi ini membuat saya berpikir dalam-dalam sehingga muncullah tulisan ini. Pada halaman 127-128 beliau mengisahkan seorang anak Palita (Pas Lima Tahun)yang diberi tugas memandikan 2 ekor anak kambing di sungai yang berjarak 1 kilometer dari rumahnya. Anak kambing itu beratnya 2.5 kg/ekor. Setiap kali akan memandikan mereka, dia membawa keduanya dengan cara memanggul  mereka di pundak. Ia melaksanakan tugas tersebut setiap hari selama setahun tanpa absen. Tanpa disadari, berat anak kambing tersebut sudah mencapai 75 kg/ekor (luar biasa, berat badan saya saja tetap di kisaran 50 kg selama 5 tahun!). Bagi anak usia 6 tahun, mengangkat beban 150 kg tampaknya mustahil. Tetapi mengangkat beban 5 kg masih mungkin untuk anak usia 5 tahun. Pertambahan berat 0.2 kg/hari/anak kambing mungkin tidak terasa bagi si anak karena ototnya berkembang dan menguat seiring bertambahnya berat kambing-kambing tersebut. Sekali lagi, mengangkat beban 150 kg sekaligus tentu mustahil bagi anak-anak. Tetapi mengangkat beban 0.2 kg x 365 hari adalah kemungkinan yang sangat nyata. Impossible is the sum of possibilities. Sesuatu yang tampaknya tidak mungkin, bisa dicapai dengan membaginya ke dalam kemungkinan-kemungkinan kecil yang dicapai secara konsisten. Practice and repetition. Pada titik ini saya setuju. Dalam kalkulus pun, deret tak hingga saja masih ada yang bisa dijumlahkan, dengan membaginya sepotong-sepotong!

Tetapi coba pikir, seekor anak kambing yang sudah bertumbuh hingga mencapai berat 75 kg, tentunya sudah cukup kuat untuk berjalan jauh ke sungai tanpa harus dipanggul di pundak. Masa iya, udah gede masi di gendong? :D. Lagipula kalau anak sekecil itu kepergok kamera wartawan memanggul 2 kambing seberat 150 kg, mungkin bakal jadi berita: mempekerjakan anak di bawah umur. he-he. Kalau anak itu banyak akal, mungkin dia tidak lagi susah-susah memanggul keduanya di pundak supaya bisa dibawa ke sungai. Mungkin dia akan mengikatnya dengan tali lalu menggiringnya. Atau mungkin karena kambing-kambing itu sudah akrab dengan tuannya dan air sungai (kan sudah terbiasa, ceritanya kita lagi membahas kebiasaan nih), mereka tidak rewel lagi bila akan dibawa ke sungai, sehingga tidak perlu susah-susah digotong paksa ke sungai. Bahkan mungkin saja si kambing-kambing dilatih dengan diumpan rumput, sehingga menuruti perintah tertentu. Yang ini juga rasa-rasanya agak impossible, karena jarang-jarang ada orang yang melatih kambing. Tetapi hewan ‘kan juga bisa dilatih dengan kebiasaan. Beberapa ilustrasi hewan yang dilatih dengan kebiasaan juga dipaparkan dalam buku ini. Impossible is the sum of possibilities. Kuncinya ya itu tadi, practice and repetition. Mungkin, ini mungkin ya, dengan kebiasaan ini suatu saat dia bakal bisa mengomando ratusan kambing ke sungai, sehingga jadilah dia juragan kambing. Doakan saja.

Saya tidak mengatakan ilustrasi pertama adalah salah. Ilustrasi tersebut memang bisa menunjukkan bagaimana kebiasaan remeh temeh bisa mewujudkan hal-hal yang ingin dicapai, tetapi tampaknya tidak mungkin tercapai. Saya rasa itu cukup mewakili apa yang ingin Ustadz Felix sampaikan.  Tetapi hal lain yang ingin saya bagi dari perbandingan kedua ilustrasi tersebut adalah, ketika kita berusaha membentuk kebiasaan yang kita inginkan, mungkin kita bakal menemukan alternatif kebiasaan/cara lain yang dirasa lebih baik, yang rasa-rasanya juga perlu dibentuk.  Boleh jadi akhirnya kita berhenti membiasakan diri untuk mencapai target pertama, dan memulai kebiasaan baru karena yakin target baru lebih baik. Apakah ini salah, karena kok kesannya gampang nyerah dan nggak konsisten?  Seiring dengan bertambahnya wawasan dan kebijaksanaan, wajar bila seseorang akan terus mencari dan mencoba hal baru. Ilustrasi pertama bermuara pada fisik yang kuat. Ilustrasi kedua bermuara pada pikiran yang cerdas. Yang lebih penting dari keduanya adalah timbulnya suatu kebiasaan mengoreksi diri atas kebiasaan-kebiasaan yang selama ini sudah dilakukan sehingga kita berkembang menjadi pribadi yang terbiasa untuk kreatif, inovatif, dan adaptif. Tentu ini adalah suatu nilai tambah yang masih lebih baik dibandingkan dengan berhenti berusaha membiasakan kebiasaan baik, atau tidak berbuat apa-apa sehingga tidak mendapat apa-apa. Kalau dikembalikan lagi ke kedua ilustrasi tadi, mungkin bila si anak tidak mau lagi membawa kambing-kambingnya ke sungai, ia tidak akan bisa berambah kuat ataupun jadi juragan kambing.

Oh iya untuk meluruskan, sekali lagi kisah tersebut hanya ilustrasi lho. Saya pribadi tidak tahu apakah ilustrasi tersebut pernah Ustadz Felix saksikan sendiri atau tidak. Saya juga tidak tahu persis itu kambing punya Beliau atau tidak. Entah itu kambing siapa, banyak hal yang bisa kita ambil hikmahnya dari kambing-kambing tersebut. Kalau Anda tertarik pada hal-hal yang lebih dari sekadar kambing, silahkan Anda membaca buku tersebut.

Selamat berusaha untuk mengendalikan kebiasaan.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline