Akhirnya saya menulis lagi setelah sekian lama berhibernasi.
Langsung saja, saya mau menulis sesuatu yang saya renungkan cukup lama.
Semua orang sepakat bahwa ibadah, baik untuk Tuhan, sesama manusia, ataupun diri sendiri adalah sesuatu yang baik. Sedangkan semua orang pun sepakat bahwa maksiat bukanlah sesuatu yang baik. Pemahaman ini menggiring kita pada kesepakatan bersama bahwa orang yang rajin dan banyak beribadah pastilah orang-orang baik. Sedangkan orang yang jarang beribadah, apalagi yang sering bermaksiat adalah orang-orang kurang baik.
Tapi saya punya sudut pandang lain soal itu. Coba lihat contoh berikut:
1.Konon katanya ibadah sholat itu untuk melatih ketaatan, komitmen, disiplin, dan on time. Selain sholat wajib, akan lebih afdhal lagi bila diiringi sholat sunnah. Tetapi orang yang rajin sholat wajib dan sunnah belum tentu memiliki ketaatan, komitmen, disiplin, dan sikap on time yang lebih baik dibandingkan dengan orang yang hanya mengerjakan yang wajib-wajib saja. Orang yang mengerjakan yang wajib-wajib saja bisa jadi memiliki kualitas diri yang lebih baik. Buktinya, latihan yang sedikit sudah cukup untuk memberikan kualitas pribadi yang oke.
2.Konon katanya puasa sunnah itu baik untuk melatih pengendalian diri. Orang yang rajin puasa sunnah biasanya dianggap lebih alim dibandingkan mereka-mereka yang berpuasa hanya pada bulan ramadhan. Tetapi mereka-mereka yang berpuasa sunnah itu mungkin mereka-mereka yang puasa wajibnya kurang memberi manfaat bagi diri pribadinya. Puasa wajib ternyata belum cukup untuk menjadikan mereka sebagai pribadi yang tenang dan bijak. Ibaratnya anak sekolah, mereka-mereka yang berpuasa sunnah adalah mereka-mereka yang terpaksa mengambil les tambahan supaya bisa mengimbangi teman-temannya yang ikut pelajaran wajib saja. Atau ibarat mahasiswa, mereka-mereka yang berpuasa sunnah adalah mahasiswa-mahasiswa yang mengambil semester pendek demi memperbaiki IP. Kalau sudah begini, bukankah mereka yang standar-standar saja tetapi hasilnya maksimal, dianugerahi kepribadian yang lebih baik?
3.Konon katanya membaca Al-Quran itu baik. Dengan rajin membaca Al-Quran, paling tidak kita bisa meningkatkan persentase lisan baik-baik dalam sehari ketimbang omongan-omongan buruk nan sia-sia. Tetapi mereka-mereka yang intensitas mengajinya standar-standar saja namun itu sudah cukup untuk menjaga lisannya, tentu lebih baik dibandingkan mereka-mereka yang lisannya harus dilatih dengan ekstra.
4.Adakah pembaca yang punya contoh lain?
Saya tidak hendak mengatakan lantas percuma banyak beribadah bila ternyata hasilnya tidak signifikan bagi perkembangan pribadi kita. Saya pun yakin beribadah tentu lebih baik dibandingkan tidak ngapa-ngapain sama sekali. Namun yang ingin saya tekankan dan sekaligus menjadi pengingat bagi diri sendiri, dengan sudut pandang tersebut janganlah kita-kita yang sudah rajin ibadahnya merasa lebih baik dari orang lain. Orang bilang di atas langit ada langit. Di langit banyak hal-hal yang tidak terlihat nan tersembunyi. Mereka-mereka yang terlihat tidak alim, boleh jadi punya satu rahasia besar yang disimpan rapat-rapat antara ia dan Tuhannya. Merasa diri lebih baik dari orang lain kadang menghalangi kita dari introspeksi diri.
Yang penting, terus memperbaiki diri. Salah satunya dengan meningkatkan kuantitas dan kualitas ibadah. Bismillahirrahmanirrahim.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H