Lihat ke Halaman Asli

Hidayat

Pencari Ilmu

Bagaimana Covid-19 Menggerakkan Revolusi Pendidikan?

Diperbarui: 16 Juli 2021   03:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

COVID-19 telah menutup sektor perekonomian beberapa negara di seluruh dunia, juga telah membuat beda sistem pendidikan di negara-negara berkembang dan maju. Hampir 90% dari semua pelajar sekolah dari tingkatan, mulai pendidikan sekolah dini sampai tingkat perguruan tinggi tidak lagi dapat secara fisik melakukan kegiatan belajar mengajar ditempat institusi dimana mereka belajar. Dampaknya begitu terlihat jelas ketika para pendidik berjuang untuk memberikan solusi jangka pendek yang bisa diterapkan untuk pengajaran dan pembelajaran jarak jauh, khususnya juga dalam hal pembiayaan, di mana siswa dan sekolah menghadapi tantangan tambahan terkait dengan pembiayaan dan infrastruktur yang tersedia.

Setiap tingkat pendidikan menghadapi tantangan yang berbeda-beda, yang paling cepat beradaptasi mungkin pendidikan ditingkat universitas, karena mereka dianggap memiliki keistimewaan cukup paham teknologi untuk menavigasi platform baru. Tantangan sebenarnya terletak pada institusi tempat mereka belajar. Dapatkah kampus yang dulunya secara penuh melakukan proses pembelajaran secara tatap muka yang sekarang harus beradaptasi dengan memilih teknologi dan pendekatan yang tepat untuk mendidik dan melibatkan siswa mereka? Keberhasilan dan kegagalan yang terungkap harus memberi kita semua pemahaman yang lebih baik tentang apa yang mungkin terjadi.

Saat ini penggunaan aplikasi pembelajaran seperti Zoom, Google Classroom, WA Group dan juga aplikasi lainnya sudah membuat universitas merasa kehilangan kehidupan nyata, dimana yang sebelumnya proses pembelajaran dilakukan secara tatap muka sekarang harus dilakukan secara virtual. Namun, para dosen atau pengajar telah berjuang secara maksimal untuk mempertahankan kehadiran serta keterlibatan yang sama dengan para mahasiswa yang bisa mereka miliki di ruang kelas. Mereka perlu menemukan solusi secara cepat untuk menghindari penurunan dalam kualitas pendidikan yang mereka sediakan. Nafsu dalam belajar mahasiswa untuk penawaran kelas daring kemungkinan akan bertambah karena COVID-19. Bahkan sebelum pandemi, banyak universitas sudah menawarkan kelas secara daring.  Maka pada saat ini mereka yang belum mebuka kelas daring bisa mempunyai kesempatan dalam memanfaatkan media atau teknologi yang ada untuk membuka pendaftaran kelas baru yang hanya sistem pembelajarannya penuh waktu dilakukana secara daring. Dengan melihat sisi positif dari adanya COVID-19, kita bisa melihat bagaimana sebuah pandemi bisa menjadi pemicu ketertarikan kita terhadap sadarnya tentang teknologi. Sementara lembaga tradisional atau lembaga yang dulunya pernah memandang pendidikan secara daring sebagai ancaman, kini telah menyelamatkan mereka untuk tetap eksis dalam melangsungkan proses belajar mengajar.

Betapa menyakitkan dan penuh tekanan, pada waktu seperti ini kita tidak boleh ketinggalan zaman dan harus menyambut kelahiran sistem pendidikan yang baru. Pandemi ini telah menjadi langkah yang sangat besar, memberikan semua pemangku kepentingan seperti pendidik, pelajar, pembuat kebijakan dan masyarakat pada umumnya di negara maju dan berkembang akan pentingnya pemahaman yang lebih baik tentang kerentanan dan kekurangan sistem pendidikan saat ini. Ini telah menggarisbawahi betapa tidak terpisahkannya populasi kita untuk dapat melek secara digital agar berfungsi dan berkembang di dunia di mana jarak sosial, layanan digitalisasi yang lebih besar, dan komunikasi yang lebih berpusat digital semakin menjadi sebuah norma kehidupan. Lebih mendasar lagi, COVID-19  menyebabkan kita menantang gagasan yang mengakar tentang kapan, di mana, dan bagaimana kita memberikan pendidikan, tentang peran perguruan tinggi dan universitas, pentingnya pembelajaran seumur hidup, dan perbedaan yang kita tarik antara sistem tradisional dan modern.

Seiring berjalannnya waktu, sistem otomatisasi pada jenis bidang lapangan pekerjaan akan terus bertambah, dan hal ini tentunya membutuhkan tingkat keterampilan yang lebih tinggi. Mampu bertahan dan meningkatkan keterampilan di dunia yang berubah dengan cepat ini bukan hanya keharusan, akan tetapi kita juga harus siap secara mental.

COVID-19 telah menyerang sistem pendidikan kita seperti sambaran petir dan mengguncangnya sampai ke intinya. Sama seperti Revolusi Industri Pertama sampai ke Empat yang menerpa sistem pendidikan saat ini, maka kita dapat mengharapkan model pendidikan yang berbeda akibat dampak  munculnya dari pandemi COVID-19.

Penulis: Hidayat (Dosen Teknik Industri, Universitas Muhammadiyah Gresik)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline