Lihat ke Halaman Asli

Hidayatul Ambiyah

Mahasiswi IAIN Jember

Paradigma Guru

Diperbarui: 17 Juni 2021   05:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menyimak Bagaimana Paradigma Guru (unsplash/taylor-wilcox)

Kata "guru" (gu dan ru) disebut dalam bahasa Jawa "gu=digugu dan ru=ditiru" memiliki makna yang mendalam. Di katakan "digugu" dalam bahasa Indonesia disebut "dipercaya" artinya guru itu memiliki seperangkat ilmu yang memadai yang karenanya Ia memiliki wawasan dan pandangan yang luas dalam melihat kehidupan ini. 

Sedangkan dikatakan "ditiru" dalam bahasa Indonesia disebut "diikuti" artinya guru memiliki kepribadian yaitu yang karenanya segala tindak-tanduknya patut dijadikan panutan dan suri tauladan oleh peserta didiknya.

Pengertian tersebut diasumsikan bahwa tugas guru tidak hanya sekedar transportasi ilmu, melainkan bagaimana guru mampu merefleksikan ilmunya kepada peserta didiknya. 

Baca juga : Menjauhkan Diri dari "Keteladanan Retorika" Caraku Membangun Personal Branding di Antara Sesama Guru

Pada tataran ini terjadi sinkronisasi antara apa yang diucapkan oleh guru (di dengar oleh peserta didik) dan yang dilakukannya (dilihat oleh peserta didik).

Dalam perkembangan zaman, paradigma guru tidak hanya bertugas sebagai pengajar yang mendoktrin peserta didiknya untuk menguasai seperangkat pengetahuan dan skill tertentu. 

Namun guru hanya bertugas sebagai motivator dan fasilitator dalam proses belajar mengajar. Keaktifan sangat tergantung pada peserta didiknya sendiri, sekalipun keaktifan itu akibat dari motivasi dan pemberian fasilitas dari gurunya.

Baca juga : Pembelajaran Daring Berkendala Bagi Siswa, Dimanakah Peran Orangtua Serta Guru?

Seorang guru dituntut mampu memainkan peranan dan fungsinya dalam menjalankan tugas keguruannya. Hal ini dilakukan untuk menghindari adanya benturan fungsi dan peranannya sehingga guru bisa menempatkan kepentingan sebagai individu, anggota masyarakat, warga negara, dan guru sendiri. Antara tugas keguruan dan tugas lainnya harus ditempatkan menurut tupoksinya masing-masing.

Terkadang seseorang terjebak dengan sebutan guru, misalnya ada sebagian orang yang mampu memberikan dan memindahkan ilmu pengetahuan kepada orang lain sudah dikatakan sebagai guru. 

Baca juga : Peran Guru dalam Mengoptimalisasi E-learning untuk Meningkatkan Literasi Peserta Didik

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline