Lihat ke Halaman Asli

Hida Al Maida

Mahasiswa Sastra Indonesia Universitas Sumatera Utara

Mengenal Kota Malang Lebih Dekat dengan Macito

Diperbarui: 16 Maret 2024   19:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok Pribadi

Macito atau Malang City Tour adalah bus wisata yang difasilitasi oleh pemerintah kota Malang untuk memudahkan warga lokal maupun wisatawan mengeksplorasi kendahan di kota Malang. 

Bus Macito telah beroperasi sejak Oktober 2022 dan masih banyak diminati oleh warga lokal maupun wisatawan hingga saat ini. Bus Macito berbentuk bus dengan dinding semi terbuka dan badan bus berwarna-warni sehingga tidak hanya orang dewasa, bus Macito juga disenangi oleh anak-anak.

            

Rute yang dilalui bus Macito melewati ikon-ikon dan beberapa tempat bersejarah di kota Malang seperti Alun-Alun Tugu Malang, Balai Kota Malang, Simpang Rajabali, Kawasan Kayutangan Heritage, Toko Es Krim Oen, Gereja Katolik Hati Kudus, Patung Chairil Anwar, Toko Avia Simpang PLN, Masjid Agung Jami', Jalan Kauman, Alun-Alun Malang, Sarinah, Ramayana, Kantor Bupati, Kantor Pos, MOG, Radar Malang, Ijen Boulevard, Museum Brawijaya, Monumen Melati Jalan Ijen, Stadion Gajahyana, Monumen TGP Malang, Perpustakaan Malang, Patung Trip, Gereja Ijen Katolik Katedral, Simpang Balapan, Hutan Kota Malabar, Taman Merbabu, dan Monumen Juang 45.    

     

Dok Pribadi

 

 Alun-Alun Tugu Malang awalnya hanya sebuah taman bundar yang dibangun sebagai simbol kekuasaan Kolonial Belanda. Alun-Alun Tugu Malang dibangun pertama kali pada tahun 1920 oleh Thomas Karsten. 

Monumennya dibangun pada tahun 1946 dan baru diresmikan oleh presiden Ir. Soekarno pada tahun 1953. Balaikota Malang dibangun dalam rentang waktu dua tahun, yaitu dari tahun 1927 sampai tahun 1929. Saat ini Balaikota Malang telah ditetapkan sebagai cagar budaya.

Simpang Rajabali dibangun pada tahun 1936 oleh Thomas Karsten. Simpang Rajabali memiliki ciri khas berupa bangunan kembar, yaitu toko emas dan toko buku yang kemudian berubah menjadi tempat penukaran uang asing bernama Rajabali. 

Kawasan Kayutangan Heritage merupakan tempat nongkrong muda-mudi di Malang. Nama Kayutangan diambil dari pohon herbal yang ketika tumbuh bentuknya menyerupai tangan. 

Sebagian lain menybutkan bahwa nama Kayutangan bersumber dari banyaknya toko mebel di yang menjual produk-produk handmade. Pada masa kejayaannya, Kayutangan heritage adalah pusat kawasan bisnis perdagangan untuk orang-orang Belanda.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline