Lihat ke Halaman Asli

Hibatul Wafiroh

22107030029_UinSuka

Bank Sampah Apel: Nabung Sampah Menuju Rejeki Berlimpah

Diperbarui: 5 Juni 2023   13:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumentasi pribadi: Karya penghasil cuan

Kehadiran komunitas bank sampah APEL timbul karena ada masalah di mana masyarakat tidak peduli dengan lingkungan dan tidak memiliki kemampuan atau keinginan untuk mengelola sampah. Salah satu masalah utama terkait ketidakpedulian masyarakat terhadap lingkungan ini disebabkan oleh beberapa faktor.

Pertama, masyarakat sudah terbiasa tidak memperhatikan kesehatan lingkungan. Ini disebabkan oleh kurangnya sosialisasi dari pemerintah tentang pentingnya menjaga kelestarian alam dan kurangnya atau bahkan tidak adanya tempat pembuangan sampah di sekitar trotoar, sehingga masyarakat cenderung membuang sampah sembarangan.

Kedua, masyarakat kurang memiliki empati atau menganggap enteng masalah ini karena mereka beranggapan bahwa pelestarian alam adalah tanggung jawab pemerintah.

Oleh karena itu, dari masalah utama pertama mengenai ketidakpedulian masyarakat terhadap lingkungan ini juga menyebabkan berbagai dampak bagi diri mereka sendiri maupun kita sebagai masyarakat.

Dampak pertama adalah kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pentingnya pelestarian alam dan karena jarangnya tempat pembuangan sampah di trotoar, sampah-sampah akan tersebar di mana-mana dan mencemari jalanan.

Selanjutnya, dampak kedua adalah meningkatnya kemungkinan terjadinya bencana alam seperti banjir dan tanah longsor karena kondisi lingkungan yang memprihatinkan. Pandangan bahwa pelestarian lingkungan adalah tanggung jawab pemerintah membuat kondisi lingkungan semakin tidak terawat.

Kemudian, permasalahan utama kedua adalah kurangnya kemampuan dan keinginan untuk mengelola sampah. Faktor pendorong pertama dalam permasalahan ini mirip dengan yang telah disebutkan sebelumnya, yaitu kurangnya sosialisasi dari pemerintah mengenai pentingnya pengelolaan sampah organik dan non-organik, serta pengetahuan tentang mana yang dapat diolah kembali dan mana yang tidak.

Faktor kedua adalah kemalasan masyarakat dalam menyiapkan peralatan yang diperlukan untuk memilah sampah, seperti tempat sampah, pemilahan sampah, dan pembersihan sampah yang dapat diolah kembali.

Akibat dari hal ini adalah masyarakat menganggap bahwa pengelolaan sampah memakan waktu dan sulit dilakukan. Selain itu, terjadi penumpukan sampah di tempat pembuangan akhir karena kurangnya pemilahan sampah yang dapat diolah kembali.

Berdasarkan permasalahan di atas, solusi pertama yang dapat diusulkan adalah sosialisasi yang dilakukan oleh pemerintah mengenai pelestarian lingkungan dan pentingnya pengelolaan sampah. Sosialisasi ini dapat didukung dengan memanfaatkan media massa, karena media massa memiliki kekuatan untuk mempengaruhi audiens dan seringkali dianggap sebagai sumber informasi yang lebih cerdas dan komprehensif daripada audiensnya

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline