Lihat ke Halaman Asli

Hibatullah Maajid

Nulis artikel

Pedoman Pengelolaan Dana Kampanye dalam Pemilihan Umum

Diperbarui: 15 Januari 2024   14:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Regulasi Dana Kampanye dalam Pemilihan Umum oleh KPU telah membatasi jumlah nominal yang dapat dialokasikan untuk keperluan kampanye, termasuk uang, barang, dan jasa, bagi calon presiden, calon wakil presiden, serta calon anggota DPR/DPRD/DPD. Hal ini diatur dalam Peraturan KPU No. 18 Tahun 2023 mengenai Dana Kampanye Pemilihan Umum.

Pasal 325 ayat (2) dan (3) UU No. 7 Tahun 2017 tentang Pemilu menjelaskan bahwa sumber dana kampanye bagi calon presiden dan wakil presiden dapat berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), pasangan calon terkait, partai politik, dan/atau gabungan partai politik yang mengusulkan pasangan calon, serta sumbangan sah menurut hukum dari pihak lain. Dana kampanye untuk alat peraga publik, iklan media, dan debat pasangan calon bisa didanai oleh APBN.

Sumbangan dana kampanye dari pihak lain, yang sah menurut hukum dan bersifat sukarela, dapat berasal dari individu, kelompok, perusahaan, atau badan usaha non-pemerintah, dengan pengecualian bahwa sumbangan tersebut tidak melibatkan tindak pidana.

Batas nominal sumbangan dana kampanye dari berbagai sumber telah ditetapkan. Misalnya, sumbangan dari individu kepada calon presiden dan wakil presiden dibatasi maksimal Rp2,5 miliar, sementara sumbangan dari perusahaan paling besar adalah Rp25 miliar. Hal serupa berlaku untuk calon anggota DPR dan DPRD, serta calon anggota DPD.

Sumbangan tersebut bersifat kumulatif selama masa kampanye, dan jika melebihi batasan yang ditetapkan, penggunaan dana kampanye tersebut dilarang. KPU wajib dilapori tentang sumbangan berlebih, dan dana tersebut harus diserahkan ke kas negara paling lambat 14 hari setelah berakhirnya masa kampanye.

Penyumbang dana kampanye harus memberikan informasi identitas lengkap, menyertakan surat pernyataan bahwa mereka tidak menunggak pajak, tidak pailit, tidak memberikan sumbangan hasil tindak pidana, dan sumbangan yang diberikan bersifat sukarela. Jika sumbangan berupa barang, calon penerima harus mencatat nilai pasar yang wajar, sedangkan sumbangan berupa jasa bisa dikonversikan menjadi nilai uang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline