Tanpa terasa air mata jatuh di sudut matanya, ada rasa yang hilang saat Andien menyadari bahwa hari ini adalah hari terakhirnya bekerja di Rumah Sakit Kasih Bunda.
Pandangannya menyapu seluruh ruangan demi ruangan, khususnya di ruang 306 ini. Ruang yang penuh kenangan, ruang yang tanpa disangka ternyata akan membawa Andien ke kisah hidup lainnya.
Tiga tahun bukan waktu yang singkat untuk sebuah perjalanan. Setiap hari, di sela kuliahnya, Andien menyusuri ruang demi ruang Rumah Sakit ini. Bukan peran besar yang dilakukan Andien di sini, Andien hanya petugas kebersihan, yang kerjanya membersihkan kamar mandi, mengambil sampah, menyapu dan mengepel setiap bangsal di kelas VIP. Semua dilakukan Andien untuk membiayai kuliahnya dan membantu sedikit biaya hidup keluarganya.
Seperti biasa Andien, dengan keramahan dan senyumnya, Andien berkeliling ruangan pada pagi itu untuk bertugas. Hal yang tidak pernah dilupakan Andien adalah menyapa pasien saat Andien melakukan pekerjaannya. Pagi itu di kamar 306, saat memasuki kamar hendak membersihkan kamar, "Selamat pagi, pak... saya mohon ijin untuk membersihkan kamar ", sapa Andien. Namun di sudut matanya Andien melihat tangan pasien yang menggapai dan dengan lirih minta tolong..., secara spontan Andien berlari menuju tempat tidur pasien, yang penuh darah. "Tolong saya suster....", kata pasien, yang dijawab oleh Andien, "Saya bukan suster, pak, tapi Bapak tenang ya, saya akan mencoba membantu Bapak".
Andien bergerak cepat, mencari bel pemanggil suster dan segera berlari keluar memanggil suster yang bertugas. Suster Maya yang saat tu bertugas segera menanganinya, sedangkan Andien kembali melanjutkan pekerjaannya.
Keesokan harinya Andien kembali membersihkan Kamar 306, pasien itu sudah lebih segar daripada kemarin. Sapaan dan senyuman Andien pagi itu, dijawab oleh pasien dengan ucapan terima kasih karena sudah membantu menyelamatkan dirinya kemarin. Andien tidak pernah tahu bahwa kisah pagi itu menjadi awal persahabatan dan berujung dengan kisah kasih antara dirinya dan pasien, yang ternyata bernama Bugie, seorang dokter muda yang sedang sakit.
Mas Ugi, panggilannya, menganggap Andien adalah penyelamat hidupnya saat itu, paska operasi malamnya ternyata jahitannya terbuka dan perdarahan terjadi, dia mencoba mencari bel untuk memanggil suster tapi ternyata kabelnya jatuh dan tak terjangkau oleh tangannya. Bugie berteriak tapi tak terdengar, dia hanya berdoa agar Gusti Allah mengirim malaikat untuknya. Di detik itulah Andien masuk ke ruangan 306 dan menyapanya.
Tiba-tiba, pundak Andien disentuh, "Ayo sayang.. kita pamit", suara laki-laki yang dia sayangi berbisik di telinganya. Andien dan Bugie yang baru saja menikah akan pindah ke Brisbane karena Bugie akan melanjutkan kuliah spesialisnya di sana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H