Bogor (19/11/2023) - Hubungan romansa antara dua insan manusia seharusnya dijalin dengan penuh cinta dan berlandaskan rasa aman. Namun, lain halnya dengan beberapa perempuan yang mengalami peristiwa tak mengenakkan dalam narasi cinta yang ia tulis bersama pasangannya. Luka batin atau fisik mampu menimpa diri hingga menimbulkan efek traumatis yang memerlukan waktu untuk pulih. Makian hingga pukulan dapat melayang dan hubungan yang seharusnya dilimpahi kasih sayang, malah dihias dengan kekerasan.
Dilansir dari Catatan Tahunan Komnas Perempuan Tahun 2023, jumlah pengaduan kasus kekerasan pada tahun 2022 berjumlah 457.895 kasus. Sebanyak 339.782 dari total pengaduan tersebut adalah kekerasan berbasis gender (KBG), yang 3442 di antaranya diadukan ke Komnas Perempuan. Kekerasan yang terjadi di ranah personal di antaranya adalah kekerasan oleh mantan pacar (713 kasus) yang paling banyak diadukan. Setelah itu, terdapat kekerasan terhadap istri (622 kasus) dan kekerasan dalam pacaran (422 kasus).
Seorang perempuan berinisial A, 18 tahun, menjadi salah satu penyintas hubungan tidak sehat yang dialaminya sekitar satu tahun yang lalu. A mendapat berbagai pengalaman tidak menyenangkan hingga kekerasan emosional saat berada di suatu hubungan romansa dengan mantan kekasihnya, X.
Keduanya bertemu saat tahun pertama A menginjak bangku SMA dan merupakan teman biasa pada awalnya. Berada di lingkungan organisasi yang sama tentu membuat keduanya menjadi lebih dekat seiring waktu berjalan dan mulai mengenal satu sama lain dengan lebih dalam. Seorang X yang juga merupakan seorang ketua osis menambah ketertarikan A kepada dirinya. Setelah satu tahun, X pun lulus dan A menjadi ketua osis menggantikannya. A bercerita bahwa selama menjalin hubungan, kerap kali X tiada kabar dan menghilang secara berkala. X juga kerap memberikan saran yang bersifat memaksa agar A mau menjalankan program kerja osis yang sesuai dengan keinginannya. Puncaknya, A berulang tahun dan tidak ada ucapan ulang tahun yang ia dapatkan dari X, bahkan X juga menghilang. A pun semakin terluka dan mulai mempertanyakan hubungannya.
Hubungan tersebut menimbulkan dampak yang sangat besar bagi A. "Aku kan anaknya introvert, menjadi ketua osis itu menguras energi banget, ngga cocok sama aku sedangkan dia terus ngepush aku. I felt like I lost myself," Ujar A (13/11/2023)
A juga berkata bahwa ia seperti disetir secara emosional oleh X, seolah ia harus mengikuti idealisme milik X, "Ada suatu waktu saat aku menolak saran dia mengenai organisasi, aku benar-benar menolak dengan tegas. Setelah itu, dia ngga pernah menghubungi aku lagi."
A juga menambahkan, "Aku merasa dimanfaatkan, seolah harus terus mengikuti perkataan dia."
A membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk bisa pulih dari hubungan tidak sehat yang sempat ia jalani. Ia yang awalnya menyangkal dan tak memercayai bahwa hubungannya itu tidak sehat pun berangsur sadar bahwa tak seharusnya ia diperlakukan seperti itu, terutama oleh pasangannya.
A merupakan satu dari sekian banyak perempuan lainnya yang mengalami kekerasan psikis dalam hubungan asmara. Masih banyak perempuan di luar sana yang mengalami berbagai bentuk kekerasan baik fisik, psikis, ataupun seksual oleh orang-orang terdekatnya.
Terdapat banyak faktor yang memengaruhi terjadinya kekerasan dalam suatu hubungan, terutama dalam hubungan rumah tangga.