Lihat ke Halaman Asli

Berwisata ke Desa Kopi, Desa yang Tak Pernah Tidur

Diperbarui: 4 Desember 2017   16:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mendengar Penjelasan Pak HO. ©Muhammad Iqbal


Perjalanan dari Malang menuju Banyuwangi memerlukan tenaga ekstra, belum lagi waktu itu akhir pekan. Butuh waktu kurang lebih 8 jam untuk sampai ke tujuan dengan jalanan yang berbelok dan bergelombang, belum lagi kendaraan berat seperti truk gandeng, tronton, bis memenuhi tiap ruas-ruas jalan.

Jalur yang dilewati untuk sampai di Banyuwangi--dari Malang adalah Kabupaten Pasuruan, Probolinggo, Situbondo dan Besuki. Setelah memasuki daerah Probolinggo, kita akan disuguhi pemandangan pantai khas pesisir dan seketika hawa dingin Kota Malang hilang diterjang riak-riak angin pantai.

***

Siang itu rasanya penat bukan main. setelah melakukan riset di Kawasan Gunung Ijen agenda selanjutnya ialah mengunjungi Desa Gombengsari. Dari Gunung Ijen menuju Desa Gombengsari memerlukan waktu sekitar 45 menit. Memang, tujuan saya dan rombongan datang ke Banyuwangi dalam rangkaian riset untuk beberapa artikel ilmiah.

Desa Gombongsari berada di Timur Kabupaten Banyuwangi, Kecamatan Kalipuro. Setelah melewati jalan kecil yang sedikit menanjak akhirnya rombongan sampai di Desa Gombengsari.

Desa Gombengsari menawarkan wisata yang berbeda, jika Kabupaten Banyuwangi terkenal dengan wisata pantai, di Desa Gombensari pengujung akan melihat wisata pedesaan. Hamparan kebun kopi dan peternakan kambing yang menjadi Objek Wisatanya. Pengunjung juga dapat melihat dari pemetikan kopi, penggilingan sampai menjadi secangkir Kopi yang pekat.

 "Disini itu orang-orang matanya melek terus, orang-orang disni bisa minum kopi sehari lima cangkir tidak pernah bosan-bosan. Malamnya melek, paginya panen kopi atau memerah susu (kambing)", Papar Pak Haryono, Salah seorang pelopor pengembangan Desa Wisata Gombengsari.

Pak Haryono yang lebih populer disapa Pak HO menjelaskan pada awal pengembangan Desa Wisata Kopi ini sempat ditentang oleh masyarakat sekitar "Awalnya kita ditentang habis-habisan, Mas. Segala proses dipersulit, tetapi kita tetap jalan terus dan akhirnya sekarang masyarakat bisa menikmati hasilnya. Sekarang kita punya kopi sendiri, kopi Lego", Jelasnya sambil menyalakan sebatang rokok.

Kopi Lego, Lego adalah akronim dari Lerek dan Gombengsari, memang belum sefamiliar di telinga banyak orang, tidak seperti kopi-kopi yang berada dipasaran saat ini seperti Kintamani, Toraja ataupun Aceh Gayo. Namun melalui Desa Wisata Gombengsari para petani kopi sukses memperkenalkan produk kopi andalan mereka bahkan sampai ke Mancanegara.

"Ini mas kopinya", Ujar salah seorang anggota Pak HO, yang membawakan tiga cangkir Kopi.

"Ini kopi susu bukan sembarangan, susunya dari susu kambing. Ayo dicoba", Timpal Pak HO

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline